Kamis 17 Nov 2022 15:35 WIB

Krisis Ekonomi Inggris, Survei: Mayoritas Warga Muslim Terpaksa Berutang

Krisis Inggris turut berdampak terhadap perekonomian Muslim

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
Bendera nasional Inggris (ilustrasi).  Krisis Inggris turut berdampak terhadap perekonomian Muslim
Foto: EPA
Bendera nasional Inggris (ilustrasi). Krisis Inggris turut berdampak terhadap perekonomian Muslim

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Sebuah survei baru oleh Muslim Census mengungkapkan dampak yang menghancurkan dari krisis biaya hidup pada Muslim Inggris. 

Muslim Census mensurvei 1.568 Muslim berusia 18-65+ yang tinggal di Inggris, untuk mengeksplorasi pengalaman mereka melalui krisis biaya hidup sejak Agustus 2021. 

Baca Juga

Sensus ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana hal ini berdampak pada berbagai aspek kehidupannya. 

Dilansir di 5 Pillars UK, Kamis (17/11/2022), ditemukan sejumlah hasil dari survei tersebut. Di antaranya:

  1. Satu dari lima Muslim Inggris telah memanfaatkan bank makanan 
  2. Lebih dari separuh responden mengalami kesulitan dalam membayar, setidaknya satu tagihan, dalam setahun terakhir 
  3. Sebanyak 65 persen dari responden harus mengambil beberapa bentuk utang untuk mengelola biaya dan tagihan sehari-hari 
  4. Hampir 1/3 harus melewatkan makan untuk membayar tagihan rumah tangga mereka 
  5. Sebanyak 84 persen responden harus mengubah gaya hidup mereka akibat krisis 
  6. Sebanyak 56 persen telah melihat peningkatan pembayaran sewa atau hipotek 
  7. Lebih dari 50 persen melihat tabungan mereka berkurang 
  8. Lebih dari 75 persen mencatat dampak yang merugikan pada kesehatan mental mereka  

Adapun kesaksian para Muslim Inggris yang diberikan kepada Muslim Census tentang pengalaman mereka melalui tahun pertama krisis biaya hidup. Beberapa di antaranya menyebut: 

“Krisis biaya hidup secara pribadi telah mengubah perasaan saya tentang membelanjakan uang untuk diri sendiri dan merawat diri sendiri. Saya hampir merasa bersalah dan khawatir tentang bagaimana hal itu bisa menjadi jauh lebih buruk.” 

“Saya tidak tahu kemana pajak saya pergi. NHS tidak ada, layanan publik dan sekolah terlalu banyak bekerja dan kekurangan dana, namun saya membayar pajak dalam jumlah yang terlalu tinggi, ini perampokan siang hari." 

“Pilihan Islami mengenai hipotek dan pinjaman ketika suku bunga sangat tinggi dan alternatif Islami seringkali lebih mahal.” 

Muslim Census mengatakan populasi Muslim Inggris duduk di persimpangan antara berpenghasilan rendah, kelas pekerja, atau komunitas perkotaan yang memiliki aset likuid yang kurang untuk menyerap kenaikan biaya. 

Dengan jumlah 50 persen dari populasi Muslim dianggap miskin (dibandingkan dengan 18 persen dari populasi nasional), kemungkinan besar komunitas tersebut secara tidak proporsional terwakili dalam 10 persen rumah tangga termiskin. 

“Perlu dicatat bahwa krisis masih jauh dari selesai. Studi ini mengeksplorasi apa yang kemungkinan hanya tahap awal dari krisis yang diperkirakan akan berlanjut dan dampaknya menjadi lebih nyata," kata organisasi tersebut. 

Mereka juga menyebut perubahan yang komprehensif dan terarah hanya dapat dicapai melalui kumpulan data yang jelas dan tepat.

Dengan data dari survei ini, Muslim Census bertujuan untuk memberdayakan pembuat perubahan dan pembuat kebijakan masyarakat, dari organisasi akar rumput hingga Pemerintah Nasional, dalam mengembangkan inisiatif untuk memberlakukan perubahan ini.

 

Sumber: 5pillarsuk   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement