Kamis 17 Nov 2022 16:30 WIB

Ini Makna dan Pesan Islam Wasathiyah Menurut Ulama Alquran Nusantara

Islam wasathiyah harus menjadi kekuatan tengah dari ekstrem kanan dan kiri

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Islam wasathiyah dalam Alquran. Islam wasathiyah harus menjadi kekuatan tengah dari ekstrem kanan dan kiri
Foto: republika
Ilustrasi Islam wasathiyah dalam Alquran. Islam wasathiyah harus menjadi kekuatan tengah dari ekstrem kanan dan kiri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Multaqa Ulama Alquran Nusantara tahun 2022 digelar di Pesantren Al-Munawwir Krapyak. Kegiatan ini semakin khidmah dengan digelarnya Lailatul Quran dan kajian yang mengangkat tema “Pesan Wasathiyah Ulama Alquran”. 

Hadir sebagai narasumber adalah Prof Said Agil Husin Al-Munawwar dan KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. Tak hanya itu, Prof M Quraish Shihab hadir menyampaikan materinya secara daring. 

Baca Juga

Ketiga narasumber mendadar makna Wasathiyah. Prof Quraish, yang juga pendiri Pesantren Bayt Alquran Jakarta, menjelaskan untuk dapat bersikap wasathiyah seseorang harus tahu apa makna wasathiyah. 

Menurutnya, wasathiyah tidak bisa dimaknai secara tekstual sebagai tengah-tengah. Lebih dari itu, wasathiyah adalah ketegasan seseorang untuk bersikap adil, yang diibaratkan sebagai seorang wasit di dalam pertandingan sepak bola. 

“Seorang wasit yang memimpin pertandingan sepak bola tidak harus selalu berada di tengah, tetapi dia dituntut dapat menegakkan keadilan di lapangan,” ucap dia dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Kamis (17/11/2022). 

Agar memiliki sikap wasathiyah atau sikap moderat dan toleran, Prof Said Agil Husin Al-Munawwar menjelaskan seseorang harus mempunyai keluasan ilmu. 

Hal itu tidak beda dengan seseorang yang ingin memahami Alquran, maka harus memiliki banyak ilmu, khususnya yang terkait dengan kalam Allah SWT. 

“Makanya tidak disebut ilmu Alquran, tetapi ‘ulum Alquran, karena untuk memahami Alquran memang harus menguasai banyak ilmu,” kata pakar Alquran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu. 

Sementara itu, Gus Baha menekankan sikap husnuzan agar seseorang memiliki sikap wasathiyah. Sebab, menurutnya apa pun sikap seseorang bisa dilihat dan dimaknai dengan berbagai perspektif. 

“Misalnya kedatangan saya ke sini, apakah itu baik atau tidak, tergantung bagaimana perspektif yang digunakan,” lanjut dia. 

Dilihat dari perspektif kedatangan Gus Baha memberikan wawasan dan ilmu kepada hadirin, mungkin itu baik. 

Tetapi bagi santri-santri yang malam ini seharusnya belajar dengan dirinya, kedatangan beliau ke lokasi acara mungkin tidak baik. Itulah sebabnya, seseorang disebut harus mengedepankan sikap berbaik sangka atau husnuzan. 

Lailatul Quran merupakan sesi panel puncak dalam event Multaqa Ulama Alquran Nusantara tahun 2022. Helat ini digelar Kementerian Agama (Kemenag) sejak Selasa (15/11/2022). 

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani, mengapresiasi gelaran perdana Multaqa Ulama Alquran Nusantara. Secara khusus dia menyampaikan terima kasihnya kepada Pesantren Al-Munawwir Krapyak. 

Tidak hanya itu, Direktur PD Pontren Waryono menyebut, narasumber-narasumber yang dihadirkan dalam Multaqa terdiri dari berbagai latar belakang. 

"Mereka bukan hanya teoretisi Alquran, melainkan juga praktisi yang sehari-hari bersama para santri, mengajarkan sekaligus mempraktikkan Alquran dalam kehidupan sehari-hari,” ucapnya. 

Mereka juga berasal dari berbagai daerah, antara lain Makasar, Bogor, Sumedang, Jombang dan Pati. Ini mencerminkan Multaqa Ulama Alquran memang dihadiri para ulama dari berbagai daerah di nusantara. 

Dia berharap kehadiran para ulama Alquran di acara ini dapat memberi pencerahan kepada masyarakat luas agar selalu berada di jalan yang benar. Terlebih, tahun depan Indonesia menghadapi tahun politik, sehingga bimbingan dari guru-guru ini sangat diperlukan.    

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement