Kamis 17 Nov 2022 17:42 WIB

Aisyiyah: Penurunan Angka Stunting Isu Strategis Muktamar Ke-48 

Muktamar ke-48 Aisyiyah akan membahas sejumlah isu strategis termasuk stunting.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Noordjannah, menyatakan isu stunting menjadi salah satu bahasan Muktamar Aisyiyah.
Foto: Republika/ Wihdan
Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Noordjannah, menyatakan isu stunting menjadi salah satu bahasan Muktamar Aisyiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR— Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini, mengatakan penurunan angka stunting menjadi salah satu di antara 10 isu strategis dalam Muktamar ke-48 Aisyiyah di Surakarta, Jawa Tengah, 18-20 November 2022.

Noordjannah dalam rilis yang diterima di Makassar, Kamis (17/11/2022), mengatakan isu ini menjadi penting karena Indonesia masih dihadapkan pada problem tingginya angka stunting yang berdasarkan hasil riset studi status gizi balita, prevalensi stunting di Indonesia masih 27,67 persen.

Baca Juga

Angka prevalensi stunting tersebut masih di atas ambang batas standar WHO yaitu 20 persen. Padahal, pemerintah telah menetapkan target penurunan angka stunting pada 2024 mencapai 14 persen.

“Target penurunan stunting yang harus dicapai dua tahun lagi ini tentu memerlukan kerja keras dan kolaborasi banyak pihak, baik itu pemerintah termasuk organisasi masyarakat, seperti Aisyiyah,” ujar Noordjannah.

Dia juga mengingatkan cita-cita pembangunan Indonesia untuk mewujudkan Generasi Emas di tahun 2045. Menurut Noordjannah, pencegahan stunting harus menjadi prioritas agar harapan tersebut bisa terealisasi.

“Rumah Gizi merupakan upaya penurunan stunting berbasis komunitas. Pendekatan berbasis komunitas sangatlah penting mengingat Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya bersifat komunal,” lanjut Sekretaris Pimpinan Pusat Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah.

Dia juga menjelaskan terdapat tujuh program dalam Rumah Gizi yakni pertama edukasi bagi ibu hamil, ibu menyusui, maupun remaja perempuan, konseling gizi maupun menyusui, pengolahan makanan bergizi, pemberian makanan bergizi.

Selanjutnya kelima lumbung gizi bisa berupa kebun, kolam, atau ternak untuk memenuhi kebutuhan sumber gizi, sanitasi dan PHBS serta yang terakhir adanya dukungan keluarga maupun tokoh agama dan masyarakat.

"Dukungan keluarga baik itu suami maupun nenek atau pengasuh, sangatlah penting untuk mencegah stunting. Itu dapat dilakukan dengan memberikan edukasi tentang pencegahan stunting bagi suami maupun anggota keluarga yang terlibat dalam pengasuhan," ujarnya.

Tri juga mengatakan apa yang dilakukan Aisyiyah melalui Rumah Gizi ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi pada 5 pilar penurunan stunting sebagaimana menjadi bagian dari strategi percepatan penurunan stunting.

“Tidak sedikit warga miskin dengan anggota keluarga stunting yang belum menjadi peserta program perlindungan sosial, seperti Program Keluarga Harapan, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pangannya,” paparnya.

Tri juga menjelaskan bahwa penyebab tidak langsung akan menjadi akar masalah dari stunting, seperti problem kemiskinan, budaya, hingga ketidakadilan gender.

“Budaya juga memegang peranan yang kuat seperti budaya yang menomorsatukan laki-laki termasuk dalam hal konsumsi makanan sehari-hari. Belum lagi masih minimnya pembagian peran antara suami dan istri dalam rumah tangga, sehingga perempuan mengalami beban berlebih dan menghambat pencegahan stunting,” jelasnya.     

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement