REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Presiden Israel Isaac Herzog dijadwalkan melakukan kunjungan ke Bahran pada Desember mendatang. Herzog akan menjadi kepala negara Israel pertama yang melakukan perjalanan ke Bahrain.
Herzog akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Bahrain atas undangan Raja Hamad bin Isa al-Khalifa. Dia kemudian akan melakukan perjalanan ke UEA dan bertemu dengan Presiden Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan. Israel dan Bahrain sedang menegosiasikan perjanjian perdagangan bebas yang diharapkan dapat diselesaikan pada akhir tahun ini.
Awal tahun ini mantan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengunjungi Bahrain selama dua hari. Kunjungan Bennett ini menyoroti peningkatan kehadiran Israel di Teluk, ketika ketegangan dengan kekuatan regional Iran meningkat.
Kepresidenan di Israel sebagian besar merupakan jabatan seremonial. Tetapi Herzog telah mengambil peran yang lebih menonjol karena belum ada pemerintahan yang stabil selama beberapa tahun.
Sebelumnya pada 2020, empat negara Arab yaitu Bahrain, Sudan, Maroko, dan Uni Emirat Arab (UEA) telah menormalisasi hubungan dengan Israel di bawah Kesepakatan Abraham yang diinisiasi oleh pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump.Para pemimpin Palestina mengatakan, kesepakatan ini adalah upaya untuk mencegah Palestina mendapatkan kemerdekaan dan kedaulatan.
Kesepakatan Abraham juga mengacu pada Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang tidak terbagi. Kesepakatan tersebut juga mengakui kedaulatan Israel atas sebagian besar wilayah pendudukan Tepi Barat.
Rencana tersebut melibatkan pembentukan negara Palestina Balkan dalam bentuk kepulauan yang dihubungkan oleh jembatan dan terowongan. Para pejabat Palestina mengatakan, di bawah rencana AS, Israel akan mencaplok 30-40 persen wilayah pendudukan Tepi Barat, termasuk seluruh Yerusalem Timur.