Jumat 18 Nov 2022 13:02 WIB

Setan Bukan Makhluk Melainkan Karakter Jahat dari Manusia atau Jin?

Setan akan senantiasa mengganggu umat manusia di kehidupan dunia

Rep: A Syalaby Ichsan / Red: Nashih Nashrullah
Cara setan menggoda manusia (ilustrasi). Setan akan senantiasa mengganggu umat manusia di kehidupan dunia
Foto: republika
Cara setan menggoda manusia (ilustrasi). Setan akan senantiasa mengganggu umat manusia di kehidupan dunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Alquran mengabadikan kata setan beberapa kali dalam ayat-ayatnya. Siapakah setan dan apa pemaknaannya?

Uswatun Hasanah dalam Mengungkap Rahasia Setan dalam Alquran menjelaskan, kata setan dengan berbagai bentuknya baik jamak atau tunggal dalam Alquran disebut sebanyak 87 kali dalam 36 surat. 

Baca Juga

Para ulama berselisih pendapat mengenai makna kata syaithan secara etimologis. 

Pertama, kata itu berasal dari kata syathana yang berarti jauh ka rena sifatnya yang jauh dari kebenaran. 

Kedua, kata itu berasal dari akar kata syatha-yasyitha yang berarti binasa dan terbakar. 

Meskipun demikian, pada dasarnya semua makna setan yang terkandung dalam Alquran kembali kepada karakter atau sifat yang melekat pada diri jin dan manusia, yakni karakter buruk dan jahat. Secara singkat, setan memiliki beberapa makna dalam Alquran. 

Pertama, setan berarti taghut. Artinya, segala sesuatu yang memalingkan dan menghalangi seseorang dari pengabdiannya kepada Allah dan rasul-Nya. Dalam QS an-Nisa ayat 76 disebutkan:

الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

“Orang-orang yang beriman, mereka berperang di jalan Allah dan orang-orang yang kafir berperang di jalan Taghut. Maka perangilah kawan setan itu karena sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” 

Konteks ayat ini adalah ketika orang munafik menyelinap ke dalam pengikut Nabi Muhammad SAW.

Mereka membuat kerusakan di dalam tatanan kehidupan masyarakat. Meski demikian, mereka mengaku sebagai orang beriman. Saat mereka kembali kepada pemimpin kafir, mereka mengaku sependirian dengan orang kafir itu. “Ucapan kami beriman hanyalah mengolok-olok orang-orang beriman.”

Kedua, setan berarti para pemimpin kejahatan atau kekafiran. Alquran menyebutkan setan sebagai predikat orang yang menjadi tokoh jahat. Begitu pula mereka yang mengikutinya. 

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

 “Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok." (QS Al Baqarah ayat 14).  

Ketiga, setan berarti setiap makhluk yang mempunyai karakter buruk. Dia menyebabkan manusia jauh dari kebenaran dan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Manusia pun menjadi jahat, durhaka dan kufur sehingga jatuh dalam kesesatan. Inilah setan yang disebut ada dalam sifat jin dan manusia. 

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ “Dari (golongan) jin dan manusia.” (QS an-Nas ayat  6).

Jika setan merupakan sifat yang bisa dimiliki manusia dan jin, iblis adalah nama sesosok makhluk. Namanya diambil dari kata balasa yang bermakna putus asa. 

Ada juga yang mengatakan, iblis memiliki nama lain, Azazil, yakni hancur dan bersedih. Ibnu Abbas dalam Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan jika iblis sebelum maksiat kepada Allah SWT merupakan malaikat. 

Sesungguhnya sebelum iblis maksiat kepada Allah SWT, dia termasuk bilangan malaikat yang bernama Azazil. Dia termasuk penduduk bumi dan merupakan malaikat yang paling bersungguh-sungguh dan paling banyak ilmunya. Oleh karena itu, dia punya kecenderungan untuk takabur (menyombongkan diri). Dia pun termasuk makhluk hidup yang disebut dengan jin.” 

Iblis juga disebut sebagai makhluk sombong yang enggan sujud kepada Nabi Adam alaihisalam karena merasa unggul atas makhluk dari tanah itu. Dia enggan sujud kepada Adam dan jadilah dia sebagai makhluk yang kafir. Allah SWT pun mengutuk iblis hingga hari pembalasan.

Meski demikian, iblis meminta penangguhan kepada Allah SWT hingga hari kiamat kecuali orang-orang yang mukhlis. Dia berjanji akan menyesatkan manusia hingga hari pembalasan tiba. Allah SWT berfirman: 

قَالَ فَالْحَقُّ وَالْحَقَّ أَقُولُ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنْكَ وَمِمَّنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ أَجْمَعِينَ

“Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka jahanam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu diantara mereka semuanya.” (QS Shad ayat 84-85).

Bagaimana dengan jin? Makhluk gaib ini diciptakan sebelum manusia. Mereka merdeka untuk memilih jalan apakah hendak menjadi mukmin atau kafir. Karena itu, para ulama berpendapat jika jin juga akan mendapatkan balasan sebagaimana manusia atas pilihannya tersebut.  

وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ ۖ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُولَٰئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا وَأَمَّا الْقَاسِطُونَ فَكَانُوا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا

“Dan Sesungguhnya di antara kami ada (jin-jin) yang taat dan ada (pula) yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka jahanam. (QS al-Jin ayat 14-15).  

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement