Jumat 18 Nov 2022 15:51 WIB

45 Ton Ikan Danau Maninjau Mati Akibat Angin Kencang dan Hujan Lebat

45 ton ikan itu tersebar di 124 keramba jaring apung milik 27 petani.

Nelayan mengayuh perahunya di antara ikan mati pada keramba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau, Nagari Duo Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Nelayan mengayuh perahunya di antara ikan mati pada keramba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau, Nagari Duo Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LUBUKBASUNG -- Sekitar 45 ton ikan di Danau Maninjau, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat mati. Penyebabnya dipicu angin kencang dan curah hujan tinggi yang melanda daerah itu semenjak beberapa hari lalu.

Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Rosva Deswira di Lubukbasung, Jumat (18/11/2022) mengatakan ke 45 ton ikan mati itu milik petani di Tapian Tampuniak Jorong Tanjung Sani Nagari Sungai Batang. Ikan mati semenjak Kamis (17/11/2022).

Baca Juga

"45 ton ikan itu tersebar di 124 keramba jaring apung milik 27 petani dan ini berdasarkan pendataan yang kami lakukan, Jumat (18/11/2022) pagi," katanya.

Ia mengatakan dengan kematian ikan itu maka petani mengalami kerugian sekitar Rp 945 juta. Karena harga ikan di tingkat petani Rp 21 ribu per kilogram. Evakuasi bangkai ikan tidak dapat dilakukan, mengingat masih ada ikan di keramba jaring apung sekitarnya dalam kondisi kekurangan oksigen.

Bila evakuasi dilakukan, kata dia, maka akan memicu kondisi ikan yang kekurangan oksigen semakin stres dan menjadi mati. "Kita sudah menyarankan Jorong Tanjung Sani dan beberapa masyarakat yang dijumpai untuk tidak membuang bangkai ikan ke dalam danau," katanya.

Ia mengatakan kematian ikan itu akibat perubahan cuaca dan angin kencang beberapa hari ini mengakibatkan terjadi pembalikan masa air. Dengan kondisi itu, lapisan bawah yang minim oksigen terangkat ke permukaan, sehingga ikan kekurangan oksigen. "Kematian ikan itu mulai terjadi Kamis (17/11/2022) dan mengapung pada Jumat (18/11/20220) pagi," katanya.

Ia mengakui, data kematian ikan itu masih di satu nagari atau desa adat. Untuk lokasi lainnya, kata dia, penyuluh pertanian lapangan masih melakukan pendataan ke nagari lain.

Namun petani disarankan untuk mengevakuasi ikan yang masih hidup (sehat) ke kolam penampungan sementara di darat. "Petani di Koto Malintang sudah ada memanen ikan, Kamis (17/11/2022), dalam mengantisipasi kematian," katanya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement