Jumat 18 Nov 2022 19:45 WIB

Inflasi Jepang Melonjak ke Level Tertinggi dalam 40 Tahun

Inflasi Jepang telah meningkat ke level tertinggi dalam 40 tahun

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
 Inflasi Jepang telah meningkat ke level tertinggi dalam 40 tahun sejak 1982.
Foto: AP Photo/Koji Sasahara
Inflasi Jepang telah meningkat ke level tertinggi dalam 40 tahun sejak 1982.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Inflasi Jepang telah meningkat ke level tertinggi dalam 40 tahun sejak 1982. Hal ini disebabkan yen yang melemah sehingga mendorong harga komoditas yang sudah melonjak di seluruh dunia.

Dilansir laman Aljazirah, data Kementerian Dalam Negeri Jepang pada Jumat (18/11/2022) menunjukkan, indeks harga konsumen inti naik 3,6 persen pada Oktober secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka inflasi ini berada di atas ekspektasi para ekonom yang meramalkan kenaikan 3,5 persen yoy. Kenaikan ini didorong oleh makanan olahan dan memudarnya dampak pemangkasan biaya telepon seluler.

Meskipun rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi yang terlihat di Inggris dan Amerika Serikat, pertumbuhan harga jauh melebihi target inflasi Bank of Japan. Catatan Jumat juga semakin menjauhkan dari target inflasi sebesar 2 persen pada tahun ini di ekonomi terbesar ketiga di dunia.

Bank of Japan telah menentang tren global kenaikan suku bunga. Pekan ini Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda menegaskan kembali perlunya mempertahankan stimulus untuk mendukung pemulihan ekonomi negara yang rapuh dari pandemi Covid-19. Kuroda berpendapat inflasi di atas target bersifat sementara dan sebagian besar merupakan hasil dari harga komoditas global.

Data ekonomi yang dirilis awal pekan ini menunjukkan bahwa ekonomi Jepang secara tak terduga mengalami kontraksi sebesar 0,3 persen pada kuartal ketiga setelah tiga kuartal berturut-turut tumbuh, karena konsumsi swasta merosot. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bulan lalu meluncurkan paket stimulus 260 miliar dolar AS yang bertujuan menopang perekonomian, termasuk langkah-langkah untuk membantu rumah tangga mengelola kenaikan biaya energi.

Sementara kebijakan longgar bank sentral telah membantu meningkatkan keuntungan perusahaan Jepang di luar negeri dengan menurunkan nilai yen. Hal ini telah berkontribusi pada kenaikan biaya barang impor. Mata uang Jepang jatuh ke level terendah 32 tahun pada Oktober, mencapai 151 yen terhadap dolar AS, meskipun sejak itu pulih menjadi sekitar 140 yen pada Jumat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement