REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pempro Jabar melalui Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) memastikan jalan-jalan di Jabar siap dilalui untuk mobilisasi Natal (Nataru) 2022 dan Tahun Baru 2023. Selain itu, menurut Kepala Dinas BMPR Jabar Bambang Tirtoyuliono, pihaknya melakukan antisipasi di titik-titik rawan bencana longsor.
Bambang mengatakan, pihaknya telah mengatasi titik-titik longsor di jalan kewenangan provinsi. Berdasarkan catatan BMPR dari 2.360 km jalan provinsi terdapat 138 titik longsoran di 51 ruas jalan.
"Upaya yang dilakukan, kami siapkan alat berat meski jumlahnya terbatas. Tapi kami optimalkan unit reaksi cepat dan hotline yang bisa dihubungi," ujar Bambang dalam jumpa pers di kantornya, Jalan Asia Afrika Kota Bandung, Jumat (18/11).
Selain itu, Dinas BMPR pun menyiapkan peralatan kesiapsiagaan bencana berkoordinasi dengan BPBD dan dan kepolisian setempat. Apalagi, musim hujan akan berlanjut hingga awal tahun 2023 mendatang.
"Untuk mengatasi titik-titik jalan rawan bencana longsor dan banjir ini, kami usulkan penanganan permanen. Teknologi sudah ada tapi anggaran belum, dengan demikian upaya-upaya yang disebutkan tadi dilakukan ditambah dengan mitigasinya," paparnya.
Di sisi lain, kata dia, Dinas BMPR pun sebagian besar telah melakukan penutupan lobang jalan di sepanjang 2.360 km jalan milik provinsi. Dari 38.892 lubang di akhir 2021, hingga pertengahan November 2022 ini hanya tersisa 3.415 lobang jalan di 2.360 Km jalan milik provinsi.
"Sisanya akan kami tutup lagi secara bertahap sembari mengidentifikasi penambahan jumlah lobang di lokasi yang berbeda," katanya.
Pihaknya terbuka terhadap laporan warga terkait jalan provinsi yang berlobang tersebut. Di antaranya jalan Pajajaran Kota Bandung di depan Wiyata Guna dan Gor Pajajaran.
"Jalan itu juga jadi prioritas perbaikan jalan berlobang tahun ini, sedangkan untuk trotoarnya pun akan kami perbaiki juga," katanya.
Pemerintah, kata Bambang, tetap berkomitmen untuk menciptakan jalan mulus alias kamu. Karena memang, 70 persen jalan provinsi kondisinya sudah melampaui umur teknis maka teorinya harus direkonstruksi.
"Satu kilometer jalan itu butuh Rp 10 miliar untuk direkonstruksi, sedangkan bina marga dalam setahun untuk jalan dan jembatan Rp 1,1 triliun, dan yang dilakukan yaitu pemeliharaan rutin sapu lobang supaya tidak berlubang saja. Dengan teknologi sederhana tapi efektif," paparnya.