Jumat 18 Nov 2022 22:45 WIB

Anwar Ibrahim Kampanye Hingga Detik-Detik Terakhir

Pemilu diprediksi menjadi pemilihan paling ketat sejak Malaysia merdeka

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Anwar Ibrahim mendorong kampanyenya untuk menjadi perdana menteri Malaysia hingga saat-saat terakhir.
Foto: AP/Eileen Ng
Anwar Ibrahim mendorong kampanyenya untuk menjadi perdana menteri Malaysia hingga saat-saat terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Anwar Ibrahim mendorong kampanyenya untuk menjadi perdana menteri Malaysia hingga saat-saat terakhir sebelum pemungutan suara dilakukan. Ia didukung jajak pendapat yang menempatkan koalisinya unggul dibanding lawan-lawannya satu hari sebelum pemilihan umum yang berjalan ketat.

Pemilihan Sabtu (19/11/2022) besok tampaknya akan menjadi yang pemilihan paling ketat sejak Malaysia merdeka tahun 1957. Jajak pendapat memprediksi parlemen akan terkantung-kantung sebab tidak ada partai atau koalisi yang akan mendapatkan suara mayoritas yang diperlukan untuk membentuk pemerintah.

Pengamat dan jajak pendapat menemukan koalisi yang dipimpin Anwar diperkirakan akan memenangkan sebagian besar kursi tapi gagal menjadi mayoritas. Anwar tokoh oposisi yang pernah 25 tahun dipenjara atas dakwaan korupsi dan sodomi.

Sementara pejawat Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob dan mantan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin dapat membentuk aliansi untuk melawan Anwar. Mereka bisa memecah suara dan menyulitkan Anwar untuk menjadi perdana menteri.

Masalah utama bagi pemilih adalah proyeksi ekonomi dengan pertumbuhan diperkirakan akan melambat dan inflasi melonjak. Banyak warga Malaysia yang juga frustasi dengan instabilitas politik yang menjadi fokus para politikus.

Pada Rabu (16/11/2022) perusahaan penelitian Inggris, YouGov memprediksi koalisi Pakatan Harapan yang dipimpin Anwar dapat mengamankan sekitar 35 persen suara. Aliansi Perikatan yang dipimpin Muhyiddin diprediksi mendapatkan 20 persen suara dan Barisan Nasional yang dipimpin Ismail 17 persen suara.

Aliansi Ismail dan Muhyiddin bagian dari koalisi berkausa tapi bersaing secara terpisah dipemilihan umum. Anwar yang bekas Menteri Keuangan dan Wakil Perdana Menteri muncul dalam sebuah kampanye besar.

Ia berjanji untuk menciptakan stabilitas politik, memulihkan perpecahan antara mayoritas Melayu muslim dan kelompok etnik lainnya. Ia juga berjanji memulihkan ekonomi dengan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dan menarik banyak investasi.

"Pemilihan bukan tentang mengganti perdana menteri, pemilihan ini kesempatan terbaik untuk menyelamatkan negeri dan membuat perubahan besar untuk memulihkan bangsa kami tercinta," katanya Kamis (17/11/2022) kemarin.

Anwar pemimpin koalisi multi-etnis, sementara Barisan dan Perikatan dipimpin partai yang memprioritaskan kepentingan orang Melayu. Ras dan agama merupakan isu pemecah belah di Malaysia yang multirasial, etnik China dan India mencakup 30 persen suara.

Pengamat menilai aliansi Anwar dapat kalah bila blok-blok lawan bersatu melawannya. Koalisi politik yang lebih kecil yang bermarkas di Sabah dan Serawak berpotensi menjadi penentu.

Dalam wawancara pada bulan ini Anwar membuang kemungkinan bekerja sama dengan koalisi Muhyiddin dan Ismail. Ia merujuk pada "perbedaan fundamental" mereka dalam isu ras dan agama.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement