Muktamar 48, Penghargaan Bagi Waldjinah, Gesang, sampai Didi Kempot
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Malam Mangayubagyo Muktamar di Gedung Edutorium UMS pada Jumat (18/11/2022) malam. | Foto: Wahyu Suryana
REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Gelaran Malam Mangayubagyo Muktamar di Gedung Edutorium UMS pada Jumat (18/11/2022) malam berlangsung meriah. Dalam malam ta'aruf, UMS memberikan Anugerah Kebudayaan kepada tiga seniman asal Solo yaitu Waldjinah, Gesang, dan Didi Kempot.
Pada kesempatan itu, UMS rencananya turut memberi apresiasi kepada penggembira muktamar bernama Nurlita (79), yang datang dari Pematang Siantar, Sumatra Utara, memakai bus. Namun, karena Nurlita belum datang, diserahkan pada Sabtu sore.
Dalam sambutannya, Rektor UMS, Sofyan Anif, mengajak peserta penggembira untuk menjaga kebersihan dalam Muktamar 48 Muhammadiyah dan 'Aisyiyah. Ia mengingatkan, untuk muktamar ini ada slogan Muktamar Bersih Lingkungan yang harus terus dijaga.
"Kami berharap semua muktamirin penggembira jangan buang sampah di sembarang tempat, meskipun sudah ada 850 pasukan jemput sampah. Sebab, kita ingin jadi contoh yang baik dalam menyelenggarakan muktamar," kata Sofyan, Jumat (18/11).
Sofyan menambahkan, saat pembukaan Muktamar 48 pasti banyak dari pengunjung tidak bisa masuk ke Stadion Manahan. Karenanya, banyak videotron yang akan dipasang, di beberapa tempat seperti di luar Stadion Manahan dan sekitarnya.
"Kami panitia karena keterbatasan tempat tidak bisa semua masuk ke Stadion Manahan. Kami mohon maaf sebesar-besarnya," ujar Panitia Penerima Muktamar tersebut.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir menyampaikan, malam mangayubagyo ini merupakan tasyakuran. Ucapan selamat datang bagi seluruh warga Muhammadiyah yang hadir di Kota Surakarta guna menghadiri Muktamar 48 Muhammadiyah dan 'Aisyiyah.
Pimpinan Pusat, lanjut Haedar, benar-benar tasyakur bin nikmah atas kehadiran peserta, peninjau, penggembira, serta anggota masyarakat yang menjadi anggota muktamar. Semua satu tujuan menyukseskan muktamar bermartabat dan berkemajuan.
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini turut menuturkan, pada malam mangayubagyo ini ada penghargaan untuk tiga tokoh budaya terkenal yang mendunia. Sekaligus bukti Muhammadiyah turut menikmati berbagai jenis pertunjukan seni.
Ada Waldjinah yang lagunya sepanjang masa baik zaman kolonial sampai milenial. Lalu, Didi Kempot yang tidak asing lagi bagi keluarga Muhammadiyah. Kemudian, Gesang yang masa masa remajanya aktif dalam gerakan kepanduan Hizbul Wathan.
"Penghargaan ini tidak seberapa dibanding karya-karya dan pengkhidmatan dari tiga tokoh ini," ujar Haedar.
Haedar mengingatkan, Muhammadiyah sudah akrab dengan budaya dan seni. Seni itu boleh sepanjang tidak membuat jauh dari Allah, bahkan makin (membuat) kita larut dengan Allah karena Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan.
"Dengan seni, tumbuh kehalusan rasa dan budi, seni itu bagian dari irfani Muhammadiyah. Maka, mari kita isi malam ini dengan tasyakur dan ta'aruf," katanya.