REPUBLIKA.CO.ID,SURAKARTA -- Tanwir Muhammadiyah dan Aisyiyah digelar sebagai rangkaian awal Muktamar 48 di Solo. Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015-2020 menyampaikan permintaan maaf sekaligus optimistis memasuki periode baru dari Muhammadiyah.
Dalam pidato iftitahnya, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir mengatakan, ini merupakan tanwir terakhir dari periode 2015-2022. Ia menekankan, PP mendapatkan amanah membawa Muhammadiyah semakin maju pada masa mendatang.
Ia menuturkan, PP periode 2015-2020 telah berusaha maksimal untuk melaksanakan program, kegiatan, usaha-usaha, kebijakan dan langkah-langkah yang diamanatkan Muktamar 47 di Makassar. Tapi, ia mengakui ada kelemahan dan kekurangan.
Untuk itu, melalui Tanwir sekaligus Muktamar nanti PP 2015-2020 menyampaikan permohonan maaf atas kekurangan dan hal-hal yang dirasa kurang. Tapi, Haedar menekankan, semangat dari Pimpinan Pusat yaitu semangat memajukan Muhammadiyah.
"Selalu ada dinamika, tapi dinamika itu dapat terkelola karena kami bersama dan kami berbagi," kata Haedar di Auditorium Mohamad Djazman, UMS, Jumat (18/11/2022).
Ia menerangkan, PP memperoleh mandat transformasi Muhammadiyah dalam Muktamar lalu, lima tahun ke depan harus alami perubahan transformatif. Jadi lebih maju, modern, profesional dalam prinsip-prinsip misi menjalankan dakwah dan tajdid.
Haedar menjadi saksi gerakan Muhammadiyah lima tahun terakhir mulai jamaah, ranting, cabang, daerah dan wilayah. Seluruh komponen bergerak, berirama, dinamis dan semua membawa perubahan-perubahan ke arah yang bersifat kemajuan.
"Sampai kami mempopulasikannya pada hari-hari menjelang Muktamar 48 saja tiada hari tanpa persemian, tiada hari tanpa peletakan batu pertama, dan tiada hari tanpa kegiatan yang menunjukkan etos kemajuan Muhammadiyah," ujar Haedar.
Ia menilai, dinamika ini lahir dari semangat untuk berubah, semangat untuk transformasi, maju secara sistem. Dari Aceh sampai Papua dan kawasan-kawasan seluruh Indonesia tanpa disebutkan satu-satu dan dinamika hidup begitu rupa.
Haedar menekankan, pembangunan bukan soal fisik, tapi ada ruh di dalamnya, ada jiwa, ada pola pikir. Sebagaimana pesan Kiai Dahlan, Muhammadiyah hari ini akan berbeda dengan Muhammadiyah masa depan, maka aku titipkan Muhammadiyah padamu.
"Merawat ide ini, merawat nilai luhur ini sangat penting dan tidak mudah karena proses internalisasi nilai sekaligus kelembagaan nilai Muhammadiyah harus terus kita langsungkan, kita jaga," kata Haedar.