Sabtu 19 Nov 2022 15:53 WIB

Buang Air Besar Sembarangan Picu Polio di Aceh

Anak yang terinfeksi polio di Aceh awalnya sakit demam dan flu.

Rep: Mabruroh/ Red: Indira Rezkisari
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu saat memberikan paparan mengenai KLB Polio secara daring, Sabtu (19/11/2022).
Foto: Republika/Mabruroh
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu saat memberikan paparan mengenai KLB Polio secara daring, Sabtu (19/11/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan virus polio penularannya melalui feses dan air yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus polio. Karenanya, ketika ditemukan satu kasus polio tipe-2 di Pidie, Aceh, kementerian kesehatan langsung mengunjungi lokasi tempat anak tersebut tinggal.

“Ini lingkungan di belakang tempat main anak-anak, memang ada dibangun MCK (mandi cuci kakus), tetapi ruangannya itu ya sungai-sungai kecil itu, ini tempat main anak-anak di sini,” kata Maxi, sambil menunjukkan foto sungai kecil dan terdapat kayu yang melintang dan terdapat ember di dekatnya.

Baca Juga

Maxi berharap agar anak-anak itu tidak membuang tinja di sungai, karena yang dikhawatirkan, tinja yang mengandung virus polio itu kemudian menyebar di sungai Pidie. Ditambah lagi, anak yang terinfeksi polio tidak memiliki riwayat imunisasi polio dan tidak ada riwayat bepergian kemanapun.

“Saat dia mengeluarkan kotoran atau feses, kemudian tidak masuk ke septic tank, ke lingkungan yang ada di sungai, ada di air itu bisa menjadi sumber tempat penularan virus,” kata Maxi dalam konferensi pers daring, Sabtu (19/11/2022).