Sabtu 19 Nov 2022 19:55 WIB

APEC Promosikan Penggunaan Energi Bersih

Pertemuan puncak APEC berakhir pada hari ini.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Para pekerja merapikan rumput di taman Queen Sirikit, di sebelah lokasi KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) 2022, di Bangkok, Thailand, 10 Agustus 2022. KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) 2022, dijadwalkan yang akan berlangsung pada 18 dan 19 November, akan dipimpin oleh Thailand, mempertemukan para pemimpin dunia dari 21 negara anggota untuk kerja sama ekonomi regional. Sebagai ketua APEC tahun ini, Thailand diharapkan untuk membahas berbagai isu termasuk investasi, pemanasan global, dan pemulihan ekonomi pasca-Covid antara lain.
Foto: EPA-EFE/DIEGO AZUBEL
Para pekerja merapikan rumput di taman Queen Sirikit, di sebelah lokasi KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) 2022, di Bangkok, Thailand, 10 Agustus 2022. KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) 2022, dijadwalkan yang akan berlangsung pada 18 dan 19 November, akan dipimpin oleh Thailand, mempertemukan para pemimpin dunia dari 21 negara anggota untuk kerja sama ekonomi regional. Sebagai ketua APEC tahun ini, Thailand diharapkan untuk membahas berbagai isu termasuk investasi, pemanasan global, dan pemulihan ekonomi pasca-Covid antara lain.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Para pemimpin dari seluruh Asia-Pasifik berjanji untuk mengarahkan ekonomi kawasan menuju pertumbuhan berkelanjutan saat mereka menyelesaikan pertemuan puncak Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) pada Sabtu (19/11/2022). Mereka menyerukan pula diakhirinya perang Rusia di Ukraina.

Deklarasi para pemimpin pada hari terakhir pertemuan menyerukan untuk mempromosikan lebih banyak penggunaan energi bersih dan sistem pangan yang lebih aman dan ramah lingkungan. Desakan ini merupakan serangkaian tujuan yang juga menangani penangkapan ikan ilegal, tidak diatur dan tidak sah, penebangan liar, limbah laut, peningkatan kesehatan masyarakat dan akses yang lebih baik untuk vaksinasi.

Baca Juga

Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha membuka pertemuan hari terakhir dengan mendesak para pemimpin untuk mendorong agenda APEC dalam mempromosikan perdagangan bebas di kawasan Pasifik. “Kita harus memprioritaskan mewujudkan rencana ini menjadi tindakan,” katanya, dilansir dari AP, Sabtu (19/11/2022).

Selain itu, tuan rumah Thailand mengumpulkan kudeta diplomatik dalam mengatur untuk menjembatani perpecahan di antara 21 anggota forum APEC dengan mengatakan bahwa sebagian besar anggota telah mengutuk perang tersebut. Rusia adalah anggota APEC, seperti halnya China yang umumnya menahan diri untuk tidak mengkritik rekannya.

Deklarasi yang dikeluarkan oleh para pemimpin APEC mengakui perbedaan pandangan tentang perang dan mengatakan, forum tersebut bukanlah tempat untuk menyelesaikan konflik semacam itu. Namun disebutkan bahwa perang dan masalah keamanan lainnya dapat memiliki konsekuensi yang signifikan bagi ekonomi global.

Pernyataan para pemimpin mengatakan sebagian besar anggota mengutuk keras perang di Ukraina. Mereka menekankan bahwa hal itu menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa dan inflasi yang memburuk, masalah rantai pasokan, kerawanan pangan, dan risiko keuangan.

Nada yang disampaikan pada pertemuan APEC pun seperti pernyataan yang dikeluarkan oleh pertemuan puncak G20 di Bali, Indonesia, awal pekan ini. Dalam kesempatan itu menggemakan kata-kata dari resolusi Majelis Umum PBB 2 Maret yang menyesalkan sekeras-kerasnya agresi oleh Rusia terhadap Ukraina dan tuntutan penarikannya yang lengkap dan tanpa syarat dari wilayah Ukraina.

Pertemuan APEC pun mengakhiri serangkaian pertemuan di negara-negara Asia Tenggara pekan ini. Peristiwa yang memberi para pemimpin kesempatan untuk pembicaraan tatap muka yang jarang terjadi dalam dua tahun terakhir pencegahan pandemi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement