Ahad 20 Nov 2022 12:50 WIB

Bizhare Catat Investor Semakin Antusias pada Produk Syariah

Hingga kuartal III 2022, lebih dari 19 proyek sukuk yang sudah terdanai oleh Bizhare.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Bizhare
Foto: bizhare.id
Bizhare

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Platform Securities Crowdfunding (SCF) pertama di Indonesia, Bizhare mencatatkan peningkatan antusiasme pada produk syariahnya. CEO Bizhare, Heinrich Vincent perkembangan antusiasme investor Bizhare pada produk investasi syariah di Bizhare sendiri memang sangat besar.

"Ini dilihat dari antusias investor terhadap proyek sukuk yang ditawarkan di Bizhare," katanya pada Republika.co.id, Ahad (20/11/2022).

Baca Juga

Hingga kuartal III 2022, sudah lebih dari 19 project sukuk yang sudah terdanai, dengan total pendanaan yang telah berhasil terkumpul hingga lebih dari Rp 32 miliar. Jumlah tersebut sebesar 23 persen dari total Rp 140 miliar yang telah disalurkan kepada Penerbit UMKM melalui Bizhare.

Hampir seluruh produk sukuk yang dibuka terdanai penuh dalam waktu cepat. Tentunya hal ini didukung juga dengan potensi proyek sukuk yang memang sangat menarik dari sisi latar belakang Penerbit, imbal hasil yang diberikan, bohir atau payor dari perusahaan Korporasi Swasta, BUMN hingga Lembaga Pemerintahan.

"Proyeksi untuk akhir tahun target kami akan bertumbuh hingga sebesar 125 persen dari jumlah proyek sukuk saat ini," katanya.

Jenis efek Sukuk di Bizhare sejauh ini juga memiliki tingkat keberhasilan pengembalian sebesar 100 persen atau tidak pernah gagal bayar. Investornya sendiri beragam mulai dari //ticket size// Rp 1 juta hingga ratusan juta yang memiliki frekuensi investasi rutin.

Mayoritas dari investor sukuk merupakan investor milenial, dengan profil risiko menengah. Mereka menginginkan hasil yang lebih terukur dan jangka waktu jatuh tempo yang lebih singkat, dibandingkan dengan jenis efek saham yang lebih untuk investasi jangka panjang.

Vincent menambahkan, Bizhare saat ini telah berada dalam tahap akhir dalam proses persetujuan pembentukan Unit Layanan Urun Dana Syariah (ULUDS) dari OJK. Ini dilakukan untuk dapat secara khusus melakukan penetapan efek syariah khususnya untuk efek bersifat ekuitas atau saham.

Vincent optimistis perkembangan yang positif akan tetap berlanjut pada 2023. Menurutnya, tahun depan akan menjadi titik balik perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik. 

"Dilihat dari tingkat inflasi yang terjaga dimana Oktober 2022 ini sebesar 5,71 persen, turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan efek pandemi yang semakin terkontrol," katanya.

Hal ini juga ditambah dengan keberhasilan penyelenggaran KTT G20 di Bali 2022. Hal tersebut menambah kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia secara makro.

Secara ekonomi, pergerakkan konsumsi publik yang menjadi pendorong PDB Indonesia dan perputaran di sektor UMKM juga terus pulih. Terutama di industri yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat, seperti sektor ritel, makanan dan minuman, kesehatan hingga hiburan.

"Dari sisi jenis efek, sukuk akan semakin meningkat dari sisi permintaan dan penawaran di tahun depan," katanya.

Ini terutama untuk penerbit yang memiliki fundamental dan historikal yang baik. Serta memiliki payor atau bohir dari perusahaan Korporasi Swasta, BUMN hingga Lembaga Pemerintahan yang cenderung lebih aman. Saat ini, Bizhare juga sedang mempersiapkan berbagai pilihan industri inovatif yang akan segera diluncurkan dalam waktu dekat.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement