REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, sebanyak 66 negara diperkirakan akan menjadi pasien IMF (Dana Moneter Internasional) akibat kondisi ekonomi global yang sangat sulit saat ini. Namun sayangnya, menurutnya tak semua negara bisa mendapatkan bantuan dari IMF.
Hal ini disampaikan Jokowi dalam sambutannya di Musyawarah Nasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) XVII, Surakarta, Senin (12/11/2022).
“Diperkirakan sampai angka 66. Dan itu nggak mungkin bisa mendapatkan bantuan semuanya. Gak mungkin. Karena juga keterbatasan dari IMF, dari Bank Dunia punya keterbatasan itu,” ujar Jokowi.
Ia melanjutkan, saat ini sudah ada 14 negara yang menjadi pasien IMF. Jumlah ini pun sangat banyak dibandingkan saat krisis pada 1997-1998 silam yang hanya ada 5 negara yang membutuhkan bantuan pendanaan. Sedangkan 28 negara lainnya juga disebutnya tengah mengantre untuk menjadi pasien IMF.
“Saya sudah menyampaikan berkali-kali 14 negara sudah masuk dalam posisi menjadi pasiennya IMF. Tahun 97-98, itu hanya 5 negara dan itu sudah geger. Ini sudah 14 negara masuk menjadi pasiennya IMF. Dan 28 negara ngantre di depan pintunya IMF lagi,” kata dia.
Di tengah kondisi ekonomi yang semakin tidak menentu ini, Jokowi pun mengingatkan agar berhati-hati dalam mengelola kebijakan. Sebab, kebijakan yang tidak tepat justru akan semakin memperburuk kondisi ekonomi di dalam negeri.
“Hati-hati membuat kebijakan, begitu salah sedikit bisa berdarah-darah dan itu sudah ada contohnya. Dan itu sudah ada contohnya, saya kira saudara-saudara tahu. Di Inggris salah sedikit kebijakan, salah membuat policy, hasilnya bisa ke mana-mana,” kata Jokowi.