Senin 21 Nov 2022 14:09 WIB

92 Anak Tewas karena Konflik Yaman Sejak Januari

Anak-anak Yaman mengalami kekerasan selama bertahun-tahun.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Dalam arsip foto 30 Juli 2018 ini, seorang anak laki-laki berusia 17 tahun memegang senjatanya di bendungan tinggi di Marib, Yaman. Pemberontak Houthi telah setuju untuk membebaskan barisan tentara anak-anak mereka, yang telah bertempur oleh ribuan orang selama tujuh tahun perang saudara di negara itu, kata PBB Senin, 18 April 2022.
Foto: AP Photo/Nariman El-Mofty
Dalam arsip foto 30 Juli 2018 ini, seorang anak laki-laki berusia 17 tahun memegang senjatanya di bendungan tinggi di Marib, Yaman. Pemberontak Houthi telah setuju untuk membebaskan barisan tentara anak-anak mereka, yang telah bertempur oleh ribuan orang selama tujuh tahun perang saudara di negara itu, kata PBB Senin, 18 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- LSM Save the Children mencatat sekurangnya 92 anak meninggal dunia di Yaman sejak 1 Januari hingga 15 November 2022. Kematian disebabkan oleh dampak konflik dan kondisi perang di negara yang mengalami kekerasan bertahun-tahun.

"Jumlah anak-anak terluka dalam periode yang sama adalah 241," kata organisasi non pemerintah internasional pada kesempatan Hari Anak Sedunia, dikutip laman Anadolu Agency, Senin (21/11/2022).

Baca Juga

Save the Children mencatat rata-rata anak terluka per harinya. Mereka juga memperingatkan konflik di Yaman meningkat dan pihak-pihak yang bertikai diminta untuk mencegah serangan dan kekerasan terhadap warga sipil.

Save the Children menunjukkan bahwa kematian anak-anak karena kondisi perang, namun tidak memberikan informasi tentang penyebab kematian anak-anak tersebut. Menurut seorang anak dari daerah Taiz, anak-anak tetap ketakutan bermain di luar atau bahkan berjalan ke sekolah, meski ada gencatan PBB pada Oktober lalu.

"Sebelum gencatan senjata, pikiran kami akan selalu waspada, membayangkan bahwa sebuah peluru bisa jatuh kapan saja," kata Diana (14 tahun) dari Taiz.

"Kami tidak pernah merasa aman. Namun, selama gencatan senjata, kami merasa aman pergi keluar dan bermain serta pergi ke sekolah dan belajar. Kami tahu tidak akan terjadi apa-apa karena ada gencatan senjata," keluhnya.

Houthi yang didukung Iran di Yaman telah menguasai ibu kota Sana'a dan beberapa wilayah sejak September 2014. Pasukan koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi telah mendukung pemerintah Yaman melawan Houthi sejak Maret 2015.


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement