Senin 21 Nov 2022 17:09 WIB

Berdzikir dengan Hati, Lisan, atau Keduanya? Ini Penjelasan Imam An-Nawawi

Dzikir mempunyai sejumlah keutamaan bagi para pelakunya

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi dzikiir. Dzikir mempunyai sejumlah keutamaan bagi para pelakunya
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Ilustrasi dzikiir. Dzikir mempunyai sejumlah keutamaan bagi para pelakunya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Berdzikir adalah salah satu cara seorang Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Untuk itu, sudah sepatutnya lisan setiap Muslim basah dengan ucapan-ucapan dzikir. 

Namun bagaimana berdzikir yang tepat? Apakah berdzikir itu harus dalam hati ataukah dengan lisan (dilafalkan)? Ataukah boleh keduanya dilakukan? 

Baca Juga

Imam An-Nawawi melalui kitabnya, Al-Adzkar, menjelaskan, dzikir boleh dilakukan dalam hati dan juga boleh dengan lisan. Namun dia berpendapat bahwa dzikir yang lebih utama yaitu yang dilakukan dengan lisan dan hati. 

Bila ingin mengerjakan salah satunya, maka lebih utama berzikir dalam hati. Meski begitu, seorang Muslim tidak pantas meninggalkan zikir lisan dan hati karena khawatir dianggap riya oleh orang lain. 

Mengapa demikian? Karena seorang Muslim harus melakukan zikir lisan dan dzikir hati karena Allah SWT. Hal ini karena, sebagaimana riwayat dari Fudhail bin Iyadh, meninggalkan amal saleh karena manusia adalah riya. 

Fudhail bin Iyadh berkata, "Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya. Sedangkan beramal karena manusia adalah syirik. Sedangkan ikhlas itu jika Allah menyelamatkan engkau dari keduanya." 

Jika setiap orang diberi kesempatan untuk mengamati perbuatan orang lain, lalu orang yang diamati itu malah menghindari prasangka yang tidak benar kepada dirinya, maka amal saleh yang seharusnya bisa dikerjakannya pun enggan dilaksanakan. Keutamaan amal saleh yang semestinya dilakukan menjadi sia-sia.

Itu artinya, seorang Muslim harus tetap melakukan amal shaleh dengan niat yang baik dan ikhlas karena Allah SWT, sekalipun ada prasangka-prasangka buruk orang-orang di luar sana. 

Dalam hal itulah, meninggalkan amal shaleh karena manusia bukan jalan yang ditempuh oleh hamba-hamba yang senantiasa ingin meningkatkan kedekatan dirinya kepada Allah SWT. 

Agar seorang Muslim merasa tenang dalam kehidupannya, dan terhindar dari rasa cemas, hendaknya menjaga ibadah dzikir. Karena dengan mengingat Allah SWT, ia akan memiliki hati yang tenteram. Allah SWT berfirman: 

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS Ar-Ra'd ayat 28) 

Dzikir merupakan amal ibadah terbesar yang dapat dikerjakan oleh setiap Muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi bersabda: 

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

"Ada dua pernyataan yang ringan di lidah, berat di sisik, dan dicintai Allah SWT, yaitu subhanallahiwa bihamdih, subhanallahul azim Allahi Al-`Aziimm." (HR Bukhari)

Dalam riwayat Abdullah Bin Busr, dia berkata bahwa salah satu sahabat Nabi SAW berkata, "Ya Rasulullah. Saya kewalahan dengan begitu banyak ajaran Islam. Jadi beri tahu saya sesuatu yang mungkin saya pegang teguh." Nabi SAW menjawab, "Jaga lidahmu tetap basah dengan mengingat Allah." (HR Tirmidzi)

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement