REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat ada sebanyak 145 kali gempa susulan yang terjadi di Cianjur. Namun warga tidak perlu resah karena kondisi kegempaan melemah dan sebagian tidak dirasakan.
"Kondisi kegempaan melemah dan sudah 145 kali gempa susulan, namun tidak perlu dicemaskan sebagian besar tidak dirasakan,'' ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kepada wartawan di Pendopo Kabupaten Cianjur, Selasa (22/11/2022).
BMKG mencatat paling besar kegempaan magnitudo 4,2 dan 1,2 paling kecil. Berdasarkan perhitungan BMKG, dalam empat hari lagi gempa tersebut sudah makin berkurang dan berhenti.
Menurut Dwikorita, saat ini memasuki musim hujan dan Jabar puncaknya Desember. Jabar relatif tidak ada kemarau dan perlu disiapkan dan waspada potensi bencana ikutan longsor serta material lereng gempa.
Material tersebut membendung lembah sungai di lereng atas. Apabila hujan terus menerus, bendung air hujan mendesak longsoran tanah sehingga memicu banjir bandang.
"Yang perlu dijaga upaya membersihkan onggokan di atas atau mengendalikan onggokan," kata Dwikorita.
Berikutnya disiapkan pula rehabilitasi dan rekonstruksi gempa. Hasil kajian analisis BMKG ada periode ulang kurang lebih 20 tahun. Gempa terdahulu pada tahun 2000. Kemudian pada 1982 juga terjadi gempa atau sekitar 18 tahun lalu jedanya dari 2000.
Oleh sebab itu, lanjut Dwikorita, banyak rumah runtuh di lokasi rawan longsor. Ini perlu diperhatikan agar tidak ada lagi terjadi korban.
BMKG survei mendapatkan identifikasi tanah mana yang relatif aman guncangan gempa akan disampaikan ke pemda dan akan integrasikan survei rekonstruksi.