Rabu 23 Nov 2022 05:03 WIB

IDAI: Penggunaan Antibiotik yang tidak Tepat Sebabkan Resistensi

Ketika bakteri menjadi resisten, antibiotik tak lagi bisa mematikannya.

Obat antibiotik (ilustrasi). Dalam 10 tahun terakhir, banyak terjadi kasus-kasus penggunaan antibiotik secara tidak tepat dan cenderung berlebihan.
Foto: www.freepik.com.
Obat antibiotik (ilustrasi). Dalam 10 tahun terakhir, banyak terjadi kasus-kasus penggunaan antibiotik secara tidak tepat dan cenderung berlebihan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli infeksi dan penyakit tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Ariesti Karmila mengingatkan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi. Jika itu terjadi, antibiotik tak lagi mampu mematikan bakteri penyebab penyakit.

"Sepuluh tahun ini kita menemukan bahwa banyak sekali penggunaan antibiotik yang mungkin tidak tepat atau cenderung berlebihan, sehingga manfaatnya berkurang dan bila dibiarkan bukan hanya membahayakan pasien tapi juga masyarakat banyak. Artinya, dia bisa menimbulkan resistensi," katanya dalam bincang-bincang kesehatan yang digelar daring diikuti di Jakarta, Selasa (22/11/2022).

Baca Juga

Dr Ariesti menjelaskan resistensi terjadi karena saat antibiotik digunakan dengan cara yang tidak tepat, bakteri mengubah dirinya untuk bisa beradaptasi dengan sekitarnya. Alhasil, bakteri menjadi kebal dengan antibiotik.

"Untuk itu, salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah memastikan bahwa pemakaian antibiotik ini benar-benar tepat, sehingga yang kita dapatkan itu hanya manfaatnya dan bisa meminimalisir dampak negatifnya, termasuk resistensi antibiotik," ujar dr Ariesti.

Andaikan bakteri resisten terhadap semua antibiotik, manusia tidak punya senjata lagi untuk mengatasi infeksi bakteri. Oleh karenanya, dr Ariesti mengatakan penggunaan antibiotik harus sesuai dengan rekomendasi dokter, mulai dari jenis hingga dosisnya.

Jika anak demam, misalnya, dr Ariesti sangat tidak menyarankan orang tua untuk langsung memberikan antibiotik tanpa berkonsultasi ke dokter. Pasalnya, perlu ada pemeriksaan terlebih dahulu untuk mengetahui penyebab demam anak.

"Harus dilihat dulu penyebabnya apa, apakah benar-benar disebabkan oleh bakteri atau mungkin virus. Kalau virus tentu tidak ada gunanya kita memberikan antibiotik. Banyak penelitian kalau ini malah akan membunuh bakteri atau kuman yang baik," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement