Rabu 23 Nov 2022 05:34 WIB

Kasus Penyakit Sapi Ngorok di Rokan Hulu Capai 451 Ekor

Sebanyak 119 ekor mati karena penyakit sapi ngorok.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Muhammad Hafil
 Kasus Penyakit Sapi Ngorok di Rokan Hulu Capai 451 Ekor. Foto:  Petugas posko Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Pemkab Aceh Besar memperlihatkan mulut sapi milik warga yang luka akibat terinfeksi PMK saat melaksanakan pengobatan di Montasik, Aceh Besar, Aceh, Sabtu (21/5/2022). (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Irwansyah Putra
Kasus Penyakit Sapi Ngorok di Rokan Hulu Capai 451 Ekor. Foto: Petugas posko Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Pemkab Aceh Besar memperlihatkan mulut sapi milik warga yang luka akibat terinfeksi PMK saat melaksanakan pengobatan di Montasik, Aceh Besar, Aceh, Sabtu (21/5/2022). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,ROKAN HULU-- Subkor Kelembagaan Sumber Daya Kesehatan Hewan dan Pengawasan Obat Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau, Revalinda Budiani, mengatakan saat ini total kasus  penyakit sapi ngorok atau septicaemia epizootica (SE) di Rokan Hulu (Rohul) sudah mencapai 451 ekor.

Dari 451 kasus tersebut, yakni sebanyak 119 ekor mati karena tak tertolong akibat akibat penyakit. Sedangkan 332 ekor lagi karena dipotong oleh pemilik hewan ternak, sebelum kerbau tersebut mati.

Baca Juga

"Data ini tercatat hingga 16 November. Dari 451 ekor itu ada karena potong paksa, ada juga disebabkan kematian karena penyakit," kata Revalinda, Jumat (18/11/2022).

Ia mencatat kematian hewan ternak kerbau karena penyakit SE itu terdapat di Kecamatan Rambah dan Bangun Purba Rohul.

Di Kecamatan Bangun Purba terdapat 415 populasi hewan kerbau. Mayoritas diternakan di tiga jalangan atau padang rumput luas. Yakni jalangan panjang, jalangan pasir siabu serta pulau hotang.

Sedangkan untuk di Kecamatan Rambah populasi hewan ternak kerbau terdapat di Desa Menaming dan Tanjung Belit sebanyak 250 ekor.

Sebelumnya, Revalinda menjelaskan tim observasi dari Dinas PKH Provinsi Riau sudah mengunjungi Rohul. Tim observasi tersebut meninjau ke jalangan kerbau untuk mengecek langsung kasus kematian akibat sapi ngorok.

Tim diobservasi Dinas PKH Riau merekomendasikan penutupan sementara lokasi jalangan kerbau terdapat kasus kematian disebabkan penyakit SE. Sementara hewan kerbau yang mati sudah dikuburkan. Ada pun dua jalangan kerbau lainnya yang lokasinya tidak berjauhan dari tempat jalangan yang banyak ditemukan kerbau mati juga langsung diisolasi.

Selain itu, sampel tulang, pulmo kerbau yang mati dikirim ke Laboratorium Balai Veteriner (Bvet) Bukittinggi Sumatera Barat.

Untuk penyakit, menurut Revalinda saat itu sudah dipastikan disebabkan karena penyakit SE, berdasarkan ciri-ciri fisik. Seperti kesulitan bernafas, terdengar seperti  mendengkur. Mengalami demam tinggi dan diare yang disertai dengan darah.

Kemudian terlihat pembengkakan di bagian kepala, bagian bawah dada, kaki, atau pangkal ekor. Bagian selaput lendir lidah juga terlihat membengkak dan berwarna merah kebiruan.

"Pengiriman sampel untuk menguatkan hasil penyakit. Tapi secara fisik sudah bisa kita lihat itu penyakit sapi ngorok," ungkap Revalinda.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement