Rabu 23 Nov 2022 15:04 WIB

Global Fund: Perubahan Iklim Bunuh Orang Lewat Penyakit Menular

Afrika jadi salah satu wilayah yang telah mengalami penyakit akibat perubahan iklim.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Seorang anak dan neneknya pulang setelah mengunjungi apotik di Kabupaten Samburu, Kenya, pada Kamis, 13 Oktober 2022. Direktur Eksekutif The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis, and Malaria Peter Sands mengungkapkan, perubahan iklim akan membunuh orang-orang dengan memicu penyakit menular.
Foto: AP Photo/Brian Inganga
Seorang anak dan neneknya pulang setelah mengunjungi apotik di Kabupaten Samburu, Kenya, pada Kamis, 13 Oktober 2022. Direktur Eksekutif The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis, and Malaria Peter Sands mengungkapkan, perubahan iklim akan membunuh orang-orang dengan memicu penyakit menular.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Direktur Eksekutif The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis, and Malaria Peter Sands mengungkapkan, perubahan iklim akan membunuh orang-orang dengan memicu penyakit menular. Menurutnya, Afrika menjadi salah satu wilayah yang telah mengalami hal tersebut.

Sands mengatakan, tahun ini lembaganya telah menyaksikan dampak yang meningkat dari perubahan iklim terhadap kesehatan. “Apa yang kami saksikan, mekanisme perubahan iklim yang pada akhirnya akan membunuh orang-orang adalah melalui dampaknya terhadap penyakit menular,” ucapnya dalam pengarahan dengan asosiasi koresponden PBB, Selasa (22/11/2022).

Baca Juga

Sands mengungkapkan, bagian-bagian Afrika yang sebelumnya tidak terpengaruh oleh malaria kini menjadi berisiko akibat kenaikan suhu dan memungkinkan nyamuk berkembang biak, terutama di tempat lebih tinggi. Namun, populasi di daerah tersebut tidak akan memiliki kekebalan, dengan risiko tingkat kematian yang lebih tinggi. “Ini cukup mengkhawatirkan,” ujar Sands.

Ancaman lainnya termasuk penyebaran tuberkulosis di antara meningkatnya jumlah pengungsi di seluruh dunia. “TB adalah penyakit yang tumbuh subur pada konsentrasi orang-orang yang sangat stres dalam jarak dekat dengan makanan dan tempat berlindung yang tidak memadai,” kata Sands.

“Semakin kita melihat perpindahan orang-orang yang didorong oleh perubahan iklim, semakin saya pikir hal itu akan diterjemahkan ke dalam kondisi yang setidaknya akan membuatnya lebih mungkin terjadi,” tambah Sands.

Dia pun mengungkapkan, kerawanan pangan akan membuat orang lebih rentan terhadap penyakit. Saat mengomentari tentang apakah dunia lebih siap menghadapi pandemi berikutnya daripada Covid-19, Sands mengatakan tampaknya akan demikian. “(Namun) itu tidak berarti kita siap dengan baik: Persiapan kita hanya tidak seburuk seperti sebelumnya,” kata Sands.

Ia mengungkapkan, pada akhir tahun ini, Global Fund akan menginvestasikan 5,4 miliar dolar AS. “Bagi orang-orang yang kami layani di komunitas termiskin, terpinggirkan, dan paling rentan di dunia, 2022 adalah tahun yang brutal. Di komunitas termiskin di dunia, HIV, TBC, dan malaria membunuh lebih banyak orang daripada Covid-19,” ucapnya.

Dari lima tokoh yang memprakarsai berdirinya The Global Fund, dua di antaranya adalah pendiri perusahaan Microsoft Bill Gates dan mantan sekretaris jenderal PBB Kofi Annan. Negara anggota G7 menjadi donor utama lembaga yang berbasis di Jenewa, Swiss, tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement