Kamis 24 Nov 2022 05:27 WIB

Dokter Sarankan Skrining ROP pada Bayi Prematur, Apa Itu?

Bayi prematur berusia di bawah 34 minggu saat lahir.

Bayi yang baru lahir (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Bayi yang baru lahir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Mata Konsultan Pediatric Ophthalmology Dian Estu Yulia menyarankan pelaksanaan skrining retinopathy of prematurity atau ROP untuk mendeteksi kelainan pada mata bayi prematur. Kelainan ini dapat mengakibatkan kebutaan.

"Sebaiknya sebelum terlambat dan sampai ke stadium lanjut yang mengakibatkan retina lepas dan berujung pada kebutaan, para orang tua jika memiliki bayi seperti itu jangan takut, dan periksa ke dokter," katanya dalam diskusi daring yang ditayangkan melalui akun Instagram RSCM Kencana pada Rabu (23/11/2022).

Baca Juga

Dian mengatakan bahwa ROP atau kelainan pada mata akibat gangguan pembentukan pembuluh darah retina berisiko terjadi pada bayi-bayi prematur. Bayi prematur berusia di bawah 34 minggu saat lahir atau memiliki berat lahir sama dengan atau kurang dari 1.500 gram.

Gangguan lain sepertikadar oksigen dan kadar gula darah yang terlalu tinggi hingga infeksi darah yang berat dapat meningkatkan risiko bayi prematur mengalami ROP. Ia mengatakan bahwa pemeriksaan ROP perlu dilakukan untuk mendeteksi dini kemungkinan adanya kelainan pada mata bayi prematur. Dengan begitu, masalah tersebut bisa segera ditangani.

"Apabila tidak kita lakukan skrining takutnya ketika anaknya sudah cukup besar dan anaknya tidak bisa melihat, ternyata ROP sudah stadium lanjut dan menimbulkan kebutaan. Jadi ini untuk (mencegah) kebutaan untuk jangka panjang," katanya.

Menurut dia, skrining ROP pertama bisa dilakukan pada saat usia bayi dua sampai empat minggu dengan catatan bayi berada dalam kondisi stabil. Selanjutnya, pemeriksaan harus dilakukan secara berkala sampai pembentukan retina dan pembuluh darah di area pinggir bola mata sempurna. Umumnya saat bayi berusia 43 sampai 44 minggu.

"Tidak bisa sekali, dan ketika ROP negatif belum tentu tidak ROP, bisa saja saat itu ROP-nya tidak ada karena kita tidak tahu mata itu berkembang. Bisa saja saat skrining pertama belum ditemukan abnormalitas pembuluh darah retina," katanya.

 

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement