Rabu 23 Nov 2022 16:55 WIB

Menhan Negara ASEAN dan Mitra Bertemu Bahas Solusi Tantangan Keamanan

Pertemuan digelar di tengah ketidakpastian dan volatilitas keamanan global.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Dari kiri ke kanan, Wakil Perdana Menteri Australia dan Menteri Pertahanan Richard Marles MP, Menteri Brunei di Kantor Perdana Menteri Halbi bin Mohammad Yussof, Menteri Pertahanan Kamboja Tea Banh, Anggota Dewan Negara China dan Menteri Pertahanan Nasional Wei Fenghe, Menteri India Menteri Pertahanan Shri Rajnath Singh, Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto, dan Wakil Menteri Pertahanan Parlemen Jepang Kimi Onoda menghadiri Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN Plus di Siem Reap, Kamboja, Rabu, 23 November 2022.
Foto: AP Photo/Heng Sinith
Dari kiri ke kanan, Wakil Perdana Menteri Australia dan Menteri Pertahanan Richard Marles MP, Menteri Brunei di Kantor Perdana Menteri Halbi bin Mohammad Yussof, Menteri Pertahanan Kamboja Tea Banh, Anggota Dewan Negara China dan Menteri Pertahanan Nasional Wei Fenghe, Menteri India Menteri Pertahanan Shri Rajnath Singh, Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto, dan Wakil Menteri Pertahanan Parlemen Jepang Kimi Onoda menghadiri Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN Plus di Siem Reap, Kamboja, Rabu, 23 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN dan 9 mitra (ADMM-Plus) membahas langkah-langkah untuk memperkuat keamanan, stabilitas dan kemakmuran di kawasan dan dunia. Pertemuan yang bertema "Solidaritas untuk Keamanan yang Harmoni" digelar pada Rabu (23/11/2022) di Siem reap, Kamboja.

Pertemuan dihadiri menteri pertahanan dari negara-negara Asia Tenggara dan mitra dialognya termasuk Australia, China, India, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia, dan Amerika Serikat (AS). Perdana Menteri Kamboja Samdech Techo Hun Sen sebagai tuan rumah dalam pembukaan mengatakan, pertemuan itu berlangsung dengan latar belakang meningkatnya ketidakpastian, perubahan yang cepat, kompleksitas dan volatilitas keamanan global dan lingkungan ekonomi.

Baca Juga

Ia juga mengaitkan bahwa munculnya persaingan dan ketegangan geopolitik, perjuangan berkelanjutan melawan pandemi COVID-19, krisis pangan dan energi, penurunan ekonomi global dan perang telah membentuk badai yang sempurna.

"Dunia jelas berada pada titik kritis karena berbagai krisis kompleks menimbulkan ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap fondasi perdamaian, stabilitas, dan kemajuan banyak negara di seluruh dunia," kata Hun Sen dikutip laman CGTN, Rabu. “Memang penurunan multilateralisme merugikan kita semua," imbuhnya.

Pemimpin Kamboja mengatakan bahwa ADMM-Plus memainkan peran yang semakin penting dalam mempromosikan saling pengertian melalui pertukaran pandangan yang jujur berdasarkan rasa saling menghormati, kolaborasi praktis, dan pengembangan kapasitas. "Mempromosikan saling menghormati, saling pengertian, saling percaya, dan kepentingan bersama untuk perdamaian dan kemakmuran adalah fundamental," katanya.

“Sebagai negara kecil, Kamboja dengan tegas dan konsisten mengadvokasi multilateralisme yang terbuka dan inklusif, memperkuat mekanisme yang dipimpin ASEAN atau tatanan regional yang digerakkan oleh ASEAN, dan mematuhi hukum internasional, khususnya Piagam PBB,” tegasnya.

Menteri Pertahanan Kamboja Tea Banh mengatakan ADMM-Plus sangat penting untuk membahas solusi terhadap tantangan keamanan potensial yang menimbulkan ancaman bagi perdamaian dan pembangunan regional dan global. "Penting untuk menemukan solusi tepat waktu dan efektif untuk tantangan-tantangan itu untuk memastikan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan ini," katanya dalam pertemuan tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement