REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Seorang hamba yang menjadi kekasih Allah SWT akan mendapatkan ketenangan. Dalam dirinya tidak ada rasa takut, sedih, atau pun cemas.
Sebab hatinya selalu terpaut dengan Allah SWT. Allah SWT menjamin hidupnya dan membelanya ketika ada orang-orang yang hendak berbuat zalim padanya.
Seorang wali Allah SWT selalu meninggalkan hikmah dan kemaslahatan bagi orang lain dalam setiap tindakannya. Sebab langkahnya senantiasa mendapat bimbingan dan petunjuk Allah SWT.
Setiap mukmin punya peluang untuk menjadi wali Allah SWT. Namun demikian perlu kesungguhan dalam menempuh jalan sebagaimana yang diajarkan para wali Allah terdahulu.
Muallif Simtu ad-Durar Habib Ali Al Habsyi mengajarkan sebuah doa agar Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan bimbingan serta menggolongkan sebagai salah satu wali-Nya.
Doa ini dapat ditemukan pada Biografi Habib Ali Al Habsyi Muallif Simtud Durar yang disusun Habib Husein Anis Al Habsyi dan diterbitkan Pustaka Zawiyah. Berikut doanya:
اللهم اني طامع في عطاك راغب في رضاك مستسلم لقضاك فاكتبني من اولياك واسلك بي سبيل هداك والحقني باءصفياك
Allahumma inni thomi'un fiy 'athoka, roghibun fiy ridhoka, mustaslimun liqodhoka, faktubniy min auliyaka, wasluk biy sabiyla hudaka, wa alhiqniy biashfiyaka
“Ya Allah aku sangat mengharap pemberian-Mu, mendambakan keridhaan-Mu, berserah diri pada ketetapan-Mu, maka catatlah aku sebagai salah satu wali-Mu, dan bimbinglah aku ke jalan hidayah-Mu, dan susulkanlah aku ke dalam kelompok pilihan-Mu.
Siapa wali Allah SWT?
Wali Allah SWT adalah orang-orang Islam yang dekat dengan Allah SWT karena keimanan dan ketakwaannya sempurna. Mereka tak pernah bersedih hati atas kesusahan dalam kehidupan dunia, yang menjadi tujuan mereka hanyalah akhirat.
Al-Hafiz Ibnu Katsir seperti dikutip Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny dalam bukunya "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah" berpendapat bahwa:
"Wali-wali Allah adalah setiap mereka yang beriman dan bertakwa sebagaimana telah dijelaskan Allah tentang mereka, maka setiap orang yang bertakwa kepada Allah, dia adalah wali-Nya. Sesungguhnya tidak ada kebimbangan atas mereka, yaitu dalam menghadapi hal ihwal kiamat. Dan tidak pula mereka bersedih hati terhadap apa yang mereka tinggalkan di dunia."
Ibnu Rajab Al Hanbali dalam kitabnya Jasmi Al Ulum wa al-Hakim, mengatakan asal makna 'al-wilayah' (kewalian) adalah dekat. Asal makna al-adawa (permusuhan) adalah jauh.
Maka para wali Allah SWT adalah orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan amal-amal yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya.
Musuh-musuh Allah SWT adalah orang-orang yang dijauhkan dari-Nya dengan sebab amalan-amalan perbuatan mereka yang menjadi mereka terusir dan terasing dari-Nya."
Ibu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya 'Fath al-Bari' mengatakan yang dimaksud dengan wali Allah SWT adalah orang-orang yang berilmu tentang Allah dan dia terus-menerus berada dalam ketaatan kepada-Nya dengan mengikhlaskan hati di dalam ibadahnya."