Kamis 24 Nov 2022 00:04 WIB

Pakar: Anak Muda Perlu Dilibatkan dalam Pengendalian Perubahan Iklim

Kekhawatiran anak muda cukup tinggi sehingga bisa tergerak untuk atasi krisis iklim.

Red: Friska Yolandha
Kereta uap melewati pegunungan Harz yang dihancurkan oleh kumbang kulit kayu dan kekeringan di dekat stasiun kereta Drei Annen Hohne, Jerman, Jumat, 7 Oktober 2022. Pakar lingkungan yang juga Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa mengungkapkan bahwa generasi muda perlu dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang bertujuan untuk pengendalian perubahan iklim.
Foto: AP/Matthias Schrader
Kereta uap melewati pegunungan Harz yang dihancurkan oleh kumbang kulit kayu dan kekeringan di dekat stasiun kereta Drei Annen Hohne, Jerman, Jumat, 7 Oktober 2022. Pakar lingkungan yang juga Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa mengungkapkan bahwa generasi muda perlu dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang bertujuan untuk pengendalian perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Pakar lingkungan yang juga Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa mengungkapkan bahwa generasi muda perlu dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang bertujuan untuk pengendalian perubahan iklim.

"Generasi muda tentunya belum terikat dengan berbagai kesibukan, sehingga memiliki kesempatan yang luas serta memiliki semangat dan motivasi tinggi di bidang lingkungan," ujarnya saat menjadi pembicara dalam talk show penanaman pohon sebagai tindakan nyata untuk pengendalian iklim di aula Djarum Oasis Kudus, Rabu (23/11/2022).

Baca Juga

Selain itu, kata dia, rasa kekhawatiran kaum muda juga tinggi, sehingga ketika mendengar adanya perubahan iklim tentunya mereka juga tergerak untuk ikut andil melakukan pencegahan.

"Apalagi, dampak perubahan iklim yang sangat merasakan dampaknya nanti juga mereka karena peluang hidup masih lama dibandingkan dengan generasi tua," ujarnya.

Dampak perubahan iklim, di antaranya bisa dilihat dari kualitas air sungai yang sebelumnya jernih, kemudian menjadi keruh yang disebabkan karena kurangnya tanaman penghijauan. Suhu permukaan bumi makin lama makin panas dan produksi pangan juga mulai berkurang, serta tingkat keasinan air laut juga berkurang serta debit air sumur juga semakin berkurang.

Untuk itu, imbuh dia, para pihak yang memiliki pengetahuan di bidang lingkungan membangun komunikasi yang sederhana dan mudah dipahami kaum muda, jangan memakai bahasa yang terlalu tinggi karena bisa membuat anak muda tidak tertarik di dalamnya.

Upaya lainnya, yakni dengan membangun komunitas untuk memudahkan akses kaum muda ikut membantu dalam upaya mengatasi perubahan iklim.

"Kami juga menyarankan menggabungkan upaya mitigasi dan adaptasi serta datanya juga benar dalam menghadapi disrubsi iklim," ujarnya.

Karena upaya mengatasi perubahan iklim tidak bisa hanya mengandalkan peran Pemerintah Pusat maupun pihak swasta maupun pihak-pihak terkait yang peduli lingkungan, maka pemerintah daerah juga didorong untuk turut berperan aktif berinovasi dalam membantu mengatasi perubahan iklim.

Executive Coach and Mentor for Climate and Sustainability Actions Amanda Katili Niode menambahkan bahwa setiap daerah punya permasalahan sendiru, sehingga upaya negosiasi tidak kuat kalau tidak didukung data dan cerita.

"Agar upaya pengendalian perubahan iklim bisa maksimal, maka perlu dibantu cerita perubahan iklim dan berjejaring para pemangku kepentingan," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement