REPUBLIKA.CO.ID, PORT-AU-PRINCE -- Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mengatakan dua dari lima kasus kolera di Haiti terjadi pada anak-anak. UNICEF memperingatkan resiko kematian kolera pada anak-anak yang menderita malnutrisi tiga kali lebih tinggi.
Haiti yang merupakan negara termiskin di Amerika telah dilanda berbagai bencana beberapa tahun terakhir. Termasuk pembunuhan presiden tahun lalu yang diikuti gempa bumi besar.
Kolera menyebar di kepulauan Karibia itu pada awal Oktober setelah tiga tahun tanpa kasus yang dilaporkan. Kolera muncul saat Haiti kekurangan makanan dan air bersih yang disebabkan blokade geng penjahat pada pelabuhan bahan bakar.
"Saya terkejut melihat banyak anak-anak yang beresiko mengalami kematian di pusat pengobatan kolera," kata direktur program kedaruratan UNICEF Manuel Fontaine dalam pernyataannya usai kunjungan empat hari di Haiti, Rabu (23/11/2022).
Fontaine menekankan "tiga ancaman" yakni malnutrisi, kolera, dan kekerasan bersenjata. Dua yang pertama, katanya, merupakan kombinasi yang mematikan sementara satu lagi mengarah pada hal lain.
Kolera yang menyebar lewat air yang tercemar mengakibatkan diare dan muntah-muntah. Penjaga perdamaian PBB disalahkan atas wabah yang menewaskan 10 ribu orang pada tahun 2010 lalu. Penyakit itu dapat berdampak pada anak-anak dan orang dewasa dan dapat menimbulkan kematian bila pasien tidak segera diobati.
Meski pengobatan yang dapat menyelamatkan nyawa sederhana dan terjangkau, Fontaine mengatakan, sulit mengakses daerah-daerah di Ibukota. "Ditengah meluasnya kekerasan bersenjata dan ketidakamanan di sebagian besar ibukota, tim humanitarian bekerja keras," katanya.
Pada pekan ini organisasi Pan-American Health melaporkan 216 kematian akibat kolera, 961 kasus terkonfirmasi dan 12.016 kasus yang dicurigai. Sebagian besar terjadi di sekitar ibukota Port-au-Prince. Satu kasus impor dari Dominika terjadi pada anak laki-laki berusia 4 tahun di Port-au-Prince.