REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Ebrahim Raisi menyerukan negara-negara yang telah terkena sanksi global untuk meningkatkan kerja sama. Menurutnya, hal itu merupakan cara meringankan dampak sanksi.
Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Belarusia Roman Golovchenko di Teheran pada Rabu (23/11/2022), Raisi mengatakan bahwa negara-negara seperti Iran dan Belarusia telah menjadi sasaran sanksi asing karena rasa kemerdekaan mereka. “Perluasan serta peningkatan hubungan (antar) negara yang terkena sanksi opresif karena upaya mempertahankan kemerdekaannya adalah salah satu cara efektif untuk menetralkan sanksi dan menghapusnya,” ucap Raisi, dilaporkan laman kantor berita Iran, Islamic Republic News Agency (IRNA).
Raisi mengungkapkan, Iran dan Belarusia memiliki potensi besar untuk memperluas hubungan bilateral. Menurutnya, rintangan yang mereka hadapi bersama dapat diatasi jika para pemimpin kedua negara bertekad melakukannya dengan serius.
Sementara itu, Roman Golovchenko mengatakan, saat ini Belarusia dan Iran memiliki kesempatan untuk memperluas hubungan ekonomi mereka. Sebab kedua negara telah mengoordinasikan sikap politik mereka dengan erat. Golovchenko mengungkapkan, negaranya telah mengembangkan peta jalan untuk memperluas hubungan bilateral dengan Iran yang ingin diterapkan Belarusia tanpa penundaan.
Saat ini Iran diketahui tengah berada di bawah sanksi Barat karena program nuklir dan krisis yang sedang berlangsung di negara tersebut akibat kematian Mahsa Amini. Menurut kelompok Iran Human Rights, lebih dari 400 orang telah tewas sejak aksi memprotes kematian Mahsa Amini pecah pada September lalu.
Sama seperti Iran, Belarusia juga sedang berada di bawah sanksi Barat. Hal itu karena keberpihakannya pada Rusia dalam konflik di Ukraina.