Jumat 25 Nov 2022 17:43 WIB

Gelombang Panas Bunuh 20 Ribu Orang di Empat Negara Eropa

Suhu mencapai hampir 40 derajat celcius atau lebih di Eropa pada 2022.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
 Orang-orang menyaksikan ketinggian air yang rendah di Verdon Gorge di Prancis selatan, Selasa, 9 Agustus 2022. Laporan terbaru dari World Weather Attribution yang dikumpulkan dari data resmi pemerintah menyatakan, gelombang panas musim panas di Prancis, Jerman, Spanyol, dan Inggris menyebabkan lebih dari 20 ribu kematian.
Foto: AP/Daniel Cole
Orang-orang menyaksikan ketinggian air yang rendah di Verdon Gorge di Prancis selatan, Selasa, 9 Agustus 2022. Laporan terbaru dari World Weather Attribution yang dikumpulkan dari data resmi pemerintah menyatakan, gelombang panas musim panas di Prancis, Jerman, Spanyol, dan Inggris menyebabkan lebih dari 20 ribu kematian.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Laporan terbaru dari World Weather Attribution yang dikumpulkan dari data resmi pemerintah menyatakan, gelombang panas musim panas di Prancis, Jerman, Spanyol, dan Inggris menyebabkan lebih dari 20 ribu kematian. Suhu mencapai hampir 40 derajat celcius atau lebih dari Paris ke London pada 2022.

Prancis melaporkan sekitar setengah dari kematian berlebih musim panas di Eropa Barat, dengan total 10.420 kematian. Kantor Statistik Nasional Inggris melaporkan, kematian berlebih mencapai 3.271 di Inggris dan Wales selama musim panas. Sedangkan Spanyol mencatat 4.655 kematian akibat panas antara Juni hingga Agustus, sementara badan kesehatan Jerman melaporkan 4.500.

Baca Juga

Ilmuwan iklim World Weather Attribution menemukan, suhu setinggi 40 derajat celcius hampir tidak mungkin terjadi jika bukan karena perubahan iklim. "Saya menganggap ini gelombang panas paling berdampak sejak 2003," kata peneliti gelombang panas di University of Graz di Austria Chloe Brimicombe.

Gelombang panas pada 2003 menyebabkan lebih dari 70 ribu kematian berlebih di seluruh Eropa, sebagian besar di Prancis. Peristiwa itu membuat banyak negara menerapkan langkah-langkah seperti sistem peringatan dini, meminta orang untuk memeriksa orang lain, dan membuka sekolah ber-AC.

Rencana aksi terkait, menurut Chloe Brimicombe, mungkin telah mengurangi beberapa dampak gelombang panas pada 2022. Namun jumlah kematian dalam laporan terbaru itu masih lebih tinggi dari yang diperkirakan.

Pihak berwenang saat ini tidak mengaitkan sebagian besar kematian secara langsung dengan panas. Ahli statistik menggunakan rumus kelebihan untuk memberikan perkiraan, melihat berapa banyak orang yang meninggal dalam periode tertentu daripada yang diharapkan dibandingkan dengan garis dasar historis.

Panas dapat membunuh dengan memicu sengatan panas yang merusak otak, ginjal, dan organ lainnya. Gelombang panas juga dapat memicu kondisi lain seperti serangan jantung atau masalah pernapasan.

Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan bulan ini,  Eropa telah menghangat lebih dari dua kali lipat dari seluruh dunia selama tiga dekade terakhir. Sementara Layanan Perubahan Iklim Copernicus mengatakan, musim panas 2022 adalah rekor terpanas. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement