REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi pada November 2022 mencapai 0,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (25/11/2022), menyebutkan perkiraan tersebut berasal dari Survei Pemantauan Harga (SPH) pada minggu keempat November 2022.
Komoditas utama penyumbang inflasi November 2022 pada pekan keempat yaitu telur ayam ras dan tomat masing-masing sebesar 0,03 persen (mtm) serta daging ayam ras, air kemasan, emas perhiasan, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm).
Di samping itu, tempe, jeruk, sawi hijau, tahu mentah, beras, dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
Sementara itu, sejumlah komoditas menyumbang deflasi pada periode ini yaitu cabai merah dengan sumbangan kepada inflasi sebesar 0,09 persen (mtm), cabai rawit sebesar 0,03 persen (mtm), serta bawang putih dan angkutan udara masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm).
BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) dalam Rencana Anggaran Tahunan BI (RATBI) menargetkan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada 2023 menurun ke level 3,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Selain mengendalikan inflasi, pada tahun depan BI juga akan terus mengendalikan nilai tukar rupiah agar lebih stabil, bahkan lebih menguat ke level Rp 15.070 per dolar AS.