REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nanat Fatah Nasir
Alkisah, pada suatu hari Aisyah RA menceritakan bahwa orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah SAW, lalu mereka berkata, Kehancuran atas kalian.” Aisyah lalu membalasnya, Begitu juga atas kalian. Mudah-mudahan Allah melaknat dan memurkai kalian.”
Rasulullah SAW lalu bersabda, Tenanglah wahai Aisyah! Hendaknya kamu berlemah lembut dan jauhilah kekerasan (kekejaman) dan ucapan kotor.” Aisyah menjawab, Apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka katakan, wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda, Apakah engkau juga tidak mendengar apa yang aku katakan? Aku pun sudah menjawabnya, (doaku) kepada mereka dikabulkan, sedangkan (doa mereka) kepadaku tidak dikabulkan.” (HR Bukhari-Muslim).
Sejalan dengan itu, Abu Hurairah RA menceritakan bahwa suatu hari ada orang Arab Badui buang air kecil di masjid. Para sahabat pun marah dan hampir saja memukulinya. Rasulullah mencegah mereka dan bersabda, Biarkan dia (menyelesaikan kencingnya), dan siramlah kencingnya dengan seember air. Sesungguhnya kalian diutus untuk memberikan kemudahan bukan untuk memberikan kesulitan,” (HR Bukhari).
Bersikap lemah lembut merupakan sifat yang diteladankan Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari. Kelemahlembutan dalam bermasyarakat merupakan cerminan dari ajaran Islam yang rahmatan lil ’alamin yang tidak membeda-bedakan latar belakang suku, etnis, dan agama. … dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal …” (QS al-Hujuraat [49]: 13).
Sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, Islam berlaku universal sehingga kehadiran dan manfaatnya harus dinikmati seluruh umat manusia, baik Muslim maupun non-Muslim. ‘Dan tiadalah Kami mengutus kamu agar menjadi rahmat bagi seluruh alam, baik manusia maupun alam lainnya.” (QS al-Anbiya [21]: 107).
Karena itu Nabi SAW dalam menyampaikan dakwahnya selalu mengedepankan pendekatan yang sangat bijaksana (hikmah), penuh kearifan, nasihat yang baik (mauidzotul hasanah), melahirkan kondisi yang sejuk, damai, dan memperbanyak dialog (wajadilhum billati hiya ahsan) (QS an-Nahl [16]:125). Sehingga, melahirkan saling pengertian dan memahami di antara kita.
Mencermati kondisi bangsa hari ini, dengan berbagai peristiwa terjadinya keberingasan, kekerasan antarsesama warga sehingga menelan korban jiwa dan korban materi lainnya tentunya kita cukup prihatin. Oleh karena itu, marilah semua pihak mengedepankan kebersamaan dalam menyelesaikan persoalan perbedaan di antara kita. Mari kita meneladani sikap Nabi SAW yang mengedepankan dialog, kesejukan, dan kelemahlembutan. Sehingga, kita mampu menghindari menyelesaikan masalah dengan cara-cara kekerasan. Wallahu a’lam.