Jumat 25 Nov 2022 20:45 WIB

Kemenkes Berupaya Putus Mata Rantai Penyebaran Polio Lewat Pekan Imunisasi

Data Kemenkes RI, cakupan imunisasi di Aceh masih rendah.

 Petugas Puskesmas menyiapkan vaksin polio sebelum melakukan vaksinasi polio di Puskesmas Banda Aceh,Senin, 21 November 2022. Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa Indonesia berisiko tinggi penyebaran virus polio karena cakupan vaksinasi polio yang rendah, setelah kasus poliomielitis terdeteksi untuk pertama kalinya dalam delapan tahun.
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Petugas Puskesmas menyiapkan vaksin polio sebelum melakukan vaksinasi polio di Puskesmas Banda Aceh,Senin, 21 November 2022. Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa Indonesia berisiko tinggi penyebaran virus polio karena cakupan vaksinasi polio yang rendah, setelah kasus poliomielitis terdeteksi untuk pertama kalinya dalam delapan tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Kementerian Kesehatan RI menyatakan pelaksanaan sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) di Aceh menyusul kejadian luar biasa (KLB) kasus polio di Kabupaten Pidie, menjadi upaya percepatan memutus rantai penyebaran virus polio di Tanah Rencong itu. Vaksinasi massal polio akan mulai digelar di Pidie pekan depan.

"Kita memang harus melakukan sub PIN. Disebut sub karena khusus Aceh, dan ini untuk segera memutus mata rantai penyebaran (polio) ini, harapannya kita sukses," kata Plt Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine, Jumat (25/11/2022).

Baca Juga

Prima menjelaskan, cakupan imunisasi dasar lengkap di Aceh memang cukup rendah sejak beberapa tahun terakhir. Kondisi ini pula yang menyebabkan anak-anak di Aceh berisiko tinggi tertular penyakit yang selayaknya dapat dicegah dengan imunisasi.

Tentu, lanjut dia, hal ini dibuktikan dengan penemuan kasus polio atau lumpuh layu yang menyerang anak di Kecamatan Mane, Pidie. Bahkan, virus polio juga telah menginfeksi anak yang sehat, tanpa gejala, namun tidak memiliki riwayat imunisasi dasar lengkap. Oleh karena itu pelaksanaan sub PIN di Aceh menjadi sangat penting.

"Sub PIN ini kita harapkan segera memutuskan penyebaran virus polio yang saat ini sudah ada di Pidie. Virus ini sudah bersirkulasi, sudah kita temukan di anak sehat pun terkena virus polio," ujarnya.

Data Kemenkes RI, cakupan imunisasi per antigen di Aceh hingga Oktober 2022 umumnya cukup rendah. Cakupan untuk BCG sekitar 48,90 persen, HB0 67,1 persen, polio 46,8 persen, IPV 18,8 persen, DPT-HB-Hib 3 baru 39,3 persen, CR 43,7 persen.

Selanjutnya, cakupan IDL sebanyak 39,8 persen, DPT-HB-Hib 4 baru 17,3 persen dan CR2 hanya 21,9 persen. Cakupan setiap antigen itu masih belum ada yang mencapai target.

"Jadi (Sub PIN) ini tergantung kita semua, cakupan untuk sukses minimal 95 persen, sehingga perlu dukungan lintas sektor lain, jadi tidak mungkin hanya dinas, Puskesmas saja yang bergerak. Targetnya di Pidie sekitar 100.000 anak," ujarnya.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan Aceh mencatat empat kasus polio di Aceh yang terdeteksi di wilayah Mane, Kabupaten Pidie. Satu daerah empat anak itu masih harus menjalani terapi di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh. Keempat anak yang terinfeksi virus polio tersebut sama sekali tidak memiliki riwayat imunisasi dasar lengkap sehingga sangat berisiko tinggi tertular virus.

 

photo
Kemenkes Tetapkan Status KLB Polio - (Infografis Republika)

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement