REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) memastikan 20 bandaranya saat ini sudah beroperasi penuh. Sebelumnya setelah diterpa pandemi, bebarapa bandara yang dikelola AP II tidak dioperasikan karena jumlah penumpang pesawat yang menurun signifikan.
“20 bandara itu sampai hari ini, kami deklarasikan sudah operasi. Sekarang bandara Purbalingga sudah buka ada Citilink,” kata Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin saat ditemui di Jakarta Pusat, Jumat (25/11/2022).
Dia menambahkan, saat ini Bandara Kertajati juga sudah melayani penerbangan kembali. Maskapai Garuda Indonesia pada 10 November 2022 sudah melayani penerbangan umrah dan Lion Air akan membuka layanannya juga mulai besok (26/11/2022).
Awaluddin mengakui, sejumlah bandara yang dikelola AP II sempat tidak diterbangi oleh maskapai imbas penurunan trafik penumpang. Dia mengatakan pembukaan rute oleh sejumlah maskapai di bandara tersebut terjadi karena adanya kerja sama antara pemerintah daerah dan operator.
“berharap untuk penerbangan di bandara Kertajati ke-depannya tidak hanya melayani penerbangan umrah dan haji. Tak mudah, memang membuka penerbangan niaga berjadwal di Bandara Kertajati,” ungkap Awlauddin.
Dia menilai beberapa tantangan terutama berkaitan dengan belum selesainya pembangunan akses Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Selain itu juga maskapai tengah berupaya menambah kapasitas penerbangannya.
"Demand mulai pulih di satu sisi terus kemudian alat produksinya belum maksimal. Ini tantangan. Kalau ditanya langsung tentang bandara Kertajati," ucap Awaluddin.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menepis anggapan bahwa maskapai penerbangan tidak mau masuk ke sejumlah bandara kecil. “Sebenarnya bukan ogah. Jadi, kita harus saling memahami hal-hal yang dirasakan oleh konsumen dan juga operator," kata Budi Karya saat rapat dengan Komisi V DPR, Kamis (24/11/2022).
Budi mengatakan, saat ini maskapai belum betul-betul pulih dari kondisi pandemi Covid-19. Budi menilai, biaya avtur yang memiliki porsi hingga 60 persen turut mendorong tingginya biaya leasing.
Kondisi tersebut menurut Budi membuat biaya operasional yang masih melonjak tinggi itu mendorong tarif penerbangan masih mahal. Budi menegaskan hal tersebut juga terjadi di negara lain.
"Kita kalau terbang ke Singapura tarifnya naik dua kali lipat. Saya beberapa waktu lalu ke Dubai, malah empat kali lipat," tutur Budi.
Budi menyampaikan dibutuhkan kerja sama dengan pemerintah daerah. Khususnya sinergi yang dapat dilakukan untuk menjamin jumlah penumpang atau block seat di atas 60 persen.