DIPLOMASI REPUBLIKA, STOCKHOLM -- Salah satu majalah terbesar di Swedia, Svensk Damtidning, edisi 24-30 November, memuat laporan tentang pelajaran membatik yang digelar Dharma Wanita Persatuan KBRI Stockholm. Majalah Svensk Damtidning adalah salah satu majalah wanita yang memiliki oplah terbesar di negeri itu.
“Cukup terkejut, karena majalah ini adalah salah satu majalah dengan oplah terbesar di Swedia, yang sering memberitakan keluarga Kerajaan Swedia, tokoh dan selebriti Swedia. Ya paling tidak para pembaca dapat mengenali batik Indonesia,” kata Duta Besar Republik Indonesia untuk Swedia Kamapradipta Isnomo kepada Diplomasi Republika, Sabtu (26/11).
Menurut Dubes Kama, diplomasi budaya melalui batik adalah salah satu target prioritas KBRI Stockholm. "Salah satu sarana yang cukup baik adalah melalui asosiasi wanita internasional di Stockholm yang terdiri dari wanita karir dan penggemar seni di Swedia serta istri dari para duta besar mancanegara di Stockholm,” katanya.
“Mereka selalu gemar dengan batik, oleh karena itu KBRI telah menyelenggarakan batik workshop agar mereka lebih mendalami makna dibalik keindahan batik Indonesia,” ujar Dubes Kama menambahkan.
Svensk Damtidning terbit di Swedia sejak 1889. Majalah ini berkantor pusat di Helsingborg, Swedia. Majalah ini kemudian dikenal kerap menampilkan kehidupan kaum bangsawan Eropa. Majalah ini menyasar pembaca peremuan usia antara 20 tahun dan 49 tahun.
Workshop batik
Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober 2022, DWP KBRI Stockholm bekerja sama dengan KBRI Stockholm mengadakan workshop melukis batik dan bertempat di Wisma Duta pada 4 Oktober 2022 yang lalu.
Hadir pada acara workshop tersebut sebanyak 25 tamu undangan sebagai peserta workshop yang terdiri dari istri-istri duta besar di Stockholm yang tergabung dalam Ambassadors Spouses Association of Stockholm (ASAS), pengusaha wanita Swedia, desainer Swedia, dan jurnalis setempat.
Sebelum acara dimulai, para tamu dipersilahkan untuk mencicipi berbagai hidangan aneka kue jajanan pasar khas Indonesia seperti klepon, risol ayam, kue bolu marmer dan kue talam sambil saling beramah tamah dengan para tamu lainnya.
Kemudian, acara ini dibuka oleh Fifi Kamapradipta, selaku istri dari Duta Besar Republik Indonesia di Stockholm, Swedia, dan juga sebagai ketua DWP KBRI Stockholm. Dalam pidato pembukaan, Fifi menyampaikan apresiasi atas kehadiran dan antusiasme para tamu undangan.
Menurut Fifi, tujuan workshop untuk merayakan Hari Batik Nasional sekaligus juga untuk memperkenalkan batik kepada para mitra-mitra di luar negeri. Ia mengatakan, penggunaan batik secara konsisten, baik sebagai pilihan busana dari kasual hingga formal dan juga sebagai bagian dari seni, adalah cara masyarakat Indonesia untuk melestarikan batik sebagai warisan bangsa.
Workshop ini dipandu oleh Veni dari Batik House Indonesia. Dalam paparannya kepada para peserta, Veni memberikan penjelasan tahap demi tahap dalam proses membatik. Sebelum masuk ke dalam tahapan tersebut, Veni menjelaskan secara singkat mengenai sejarah batik, jenis dan nama motif batik, kebudayaan-kebudayaan yang mempengaruhi motif-motif batik tersebut serta penggunaan batik baik di masa lampau atau masa sekarang.
Dalam pemaparan sejarah batik ini, diselipkan dua kuis dari pemandu kepada peserta dengan pemberian hadiah berupa table runner batik cantik bagi peserta yang dapat menjawab pertanyaan dengan tepat.
Lalu acara dilanjutkan dengan proses melukis di atas kain dengan mengikuti motif yang sudah tersedia pada kain. Para tamu asyik diajari cara menggunakan canting dan lilin yang dipanaskan atau yang biasa disebut dengan malam. Mereka pun melukis pada kain yang sudah dibagikan.
Selanjutnya, para tamu belajar teknik pewarnaan. Berikutnya, mereka juga diajari cara merebus dan meluruhkan malam pada kain batik. Terakhir, mereka mengikuti proses menjemur kain batik.
Proses pewarnaan, perebusan dan penjemuran ini dilakukan di halaman belakang Wisma Duta, dengan angin yang kencang dan dingin. Namun, semua itu tidak meluluhkan antusiasme para tamu undangan untuk menyaksikan secara seksama proses pewarnaan dan peluruhan malam tersebut. Mereka asyik mengajukan berbagai pertanyaan kepada Veni.
Sambil menunggu penjemuran kain batik selesai, para tamu dipersilahkan untuk menikmati hidangan makan siang, yaitu menu khas Indonesia. Menunya antara lain nasi uduk, daging rendang, tempe kacang orek, ayam bakar, bihun goreng, salad, dan kerupuk, sambil diiringi dengan lembut alunan musik gamelan Jawa. Pada akhir acara, para tamu undangan tampak sangat bangga dengan hasil karya batiknya masing-masing. (yen)