REPUBLIKA.CO.ID, KYIV -- Pihak berwenang Ukraina mulai memulihkan jaringan energi secara bertahap sejak Jumat (25/11/2022). Negara yang sedang berperang dengan Rusia ini memulihkan listrik, dibantu oleh penyambungan kembali empat pembangkit nuklir negara itu. Namun, jutaan orang masih berada dalam kegelapan setelah Rusia melakukan serangan rudal secara brutal.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy telah mengimbau warga Ukraina untuk menggunakan energi dengan hemat. “Jika ada listrik, bukan berarti Anda bisa menyalakan beberapa peralatan listrik yang kuat sekaligus,” ujarnya dalam pidatonya yang dikutip dari Reuters, Sabtu (26/11/2022).
Dia mengatakan, sekitar enam juta penduduk Ukraina masih tanpa listrik setelah adanya serangan Rusia pada Rabu (23/11/2022). Serangan tersebut menyebabkan kerusakan terparah sejauh ini, membuat jutaan orang tidak memiliki penerangan, air, atau pun kengahatan saat suhu turun di bawah nol.
Operator jaringan listrik nasional Ukrenergo mengatakan, beberapa jam sebelumnya bahwa 30 persen pasokan listrik masih padam, dan meminta masyarakat untuk mengurangi penggunaan energi mereka.
“Kru perbaikan bekerja sepanjang waktu,” katanya dalam sebuah pernyataan di Telegram.
Pada Jumat (25/11/2022), Zelenskiy telah berkunjung ke kota Vyshhorod di utara Kyiv untuk melihat bangunan empat lantai yang rusak akibat rudal Rusia. Dia juga mengunjungi salah satu dari banyak pusat darurat yang telah didirikan untuk menyediakan pemanas, air, listrik, dan sistem komunikasi.
“Bersama-sama kita akan dapat melewati jalan yang sulit ini untuk negara kita. Kita akan mengatasi semua tantangan dan kita pasti akan menang,” katanya dalam pernyataan video sebelumnya.
Badan Energi Atom Internasional mengatakan, tiga pembangkit nuklir di wilayah yang dikuasai Ukraina telah dihubungkan kembali ke jaringan, dua hari setelah serangan memaksa mereka untuk ditutup pertama kalinya dalam 40 tahun. Stasiun keempat yang berada di Zaporizhzhia, wilayah yang dikuasai Rusia juga mulai kembali online pada Kamis (24/11/2022).
Moskow mengatakan serangan terhadap infrastruktur dasar adalah sah secara militer, dan Kyiv dapat mengakhiri penderitaan rakyatnya jika tunduk pada tuntutan Rusia. Sementara, Ukraina mengatakan serangan yang bertujuan untuk menyebabkan kesengsaraan sipil adalah kejahatan perang.