REPUBLIKA.CO.ID, GIANYAR -- Melahap semangkuk sup dingin mungkin rasanya tidak lazim. Apalagi bila dilakukan di malam hari yang berangin.
Tapi ada sebuah cerita dari semangkuk sup dingin khas Spanyol dan Portugal yang bernama Gazpacho. Cerita tersebut membuka perjalanan kuliner saya di sebuah resor di kawasan Ubud yang bernama Hoshinoya Bali.
Gazpacho memang merupakan sup populer yang biasa disantap dingin. Sedingin minuman yang keluar dari kulkas. Gazpacho yang tersaji dalam sajian '10 Course Ubud Jungle Dinner' di Hoshinoya Bali pun sama. Dingin.
Suapan demi suapan sup yang terbuat dari sayuran yang diblender tersebut rasanya asam dan segar. Pertemuan aroma jahe dan jeruk nipis ternyata sangat cocok menjadi hidangan pembuka yang tersaji di Hoshinoya Bali yang terletak di Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, sekitar 20 menit berkendara dari pusat keramaian Ubud.
Setelah dikagetkan dengan hidangan sup yang dingin. Sesuatu yang tidak lazim bagi hidangan pembuka orang Indonesia, datanglah menu kedua yang diberi tajuk 'The Story Begins'. Yaitu tumis cumi-cumi yang hangat yang diberi keterangan sebagai gently sauteed bigfin reef squid with pistou, squid ink tuile. Cumi-cumi yang renyah pada dasarnya diberi saus pistou atau saus khas Prancis. Pelayan yang menyajikan menu tersebut mengatakan saus pistou yang membalut cumi-cumi di sini diracik dari olahan bawang merah dan daun basil.
Dari sop dingin yang asam segar, lidah terasa terbuai dalam cumi-cumi bersaus gurih yang hangat. Sebagai tambahan tekstur disertai pula tuile atau semacam wafel renyah bersarang yang dibuat menggunakan tinta hitam dari cumi.
Rangkaian menu makan yang terdiri dari 10 jenis menu tersebut adalah kreasi Executive Chef Hoshinoya Bali, Mitsuaki Senoo. Ia mengatakan, 10 menu tersebut diibaratkan seperti sebuah buku cerita.
"Rangkaian rasanya seperti membaca buku yang naik terus ke atas sampai mencapaia klimaks, dari menu pertama sampai ke ke-10," ujarnya, dalam wawancara dengan Republika.