Oleh : Andi Nur Aminah, Jurnalis Republika
REPUBLIKA.CO.ID, Sudah 11 hari, atau tepatnya sejak Senin (14/11/2022), siswa-siswa SDN Pondok Cina 1, Kota Depok, belajar tanpa guru mereka yang mengajari. Para guru tak mengajar lantaran menerima perintah dari Pemerintah Kota Depok, untuk menghentikan aktivitas mengajar di sekolah tersebut.
Di lokasi SD yang ada di tepi jalan poros utama di Kota Depok, yakni Jalan Margonda Raya itu, rencananya akan dibanguni masjid. Masjid Agung akan dibangun di lokasi itu diyakini bisa menjawab kebutuhan kaum Muslimin tentang perlunya rumah ibadah yang cukup sulit ditemkan di Jalan Margonda Raya.
Masjid akan dibangun dengan biaya dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sedangkan Pemerintah Kota Depok diminta menyediakan lahannya yang baik dan aman.
Lahan yang dipilih oleh Pemkot Depok adalah lahan tempat berdirinya SD Pondok Cina 1. Pemkot Depok menyampaikan alasan kenapa sekolah itu yang dipilih dan akan direlokasi. Karena situasi di kawasan tersebut sudah sangat padat arus lalu lintas sehingga dikhawatirkan rawan kecelakaan bagi anak sekolah.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, yang mengetahui masih adanya permasalah lahan di balik rencana pembangunan Masjid Agung Depok pun angkat bicara. Dia menyebut, jika tak ada titik temu, bisa saja niat membangun masjid pindah lokasi. Atau bisa juga tidak jadi dibangun atau dibatalkan.
Kabarnya, siswa di SD Pondok Cina akan dimerger dengan beberapa sekolah yang masih satu zona. Namun, orang tua siswa banyak yang keberatan dan enggan sekolah anak mereka digabungkan. Alhasil, polemik di SD Pondok Cina 1 pun terus berkepanjangan.
Saat para guru mulai dialihkan mengajar di sekolah-sekolah lain, nyatanya masih ada 200 anak yang tidak ikut pindah. Mereka memang tetap belajar, tapi yang mengajar adalah relawan, juga ada orang tua siswa yang terjun langsung, bahkan pernah pula sejumlah anggota DPRD Kota Depok yang beralih profesi menjadi guru mereka.
Kondisi ini tentu saja diharapkan tidak terus berkepanjangan. Karena yang sangat dirugikan tentu saja para anak didik.
Para guru pengganti ini, boleh jadi mungkin punya latar belakang pendidik. Mungkin juga tidak. Tapi saya yakin dan percaya, apa yang mereka sampaikan atau ajarkan tentu saja ilmu-ilmu baik dengan niat yang tentu baik.
Para guru pengganti ini, tentu bisa memberikan motivasi, sharing pengalaman belajar di masa kecil, atau materi-materi pengetahuan umum lainnya. Cuma, tentu saja mereka tak akan bisa memberikan materi pelajaran seperti yang ada di silabus mata pelajaran anak-anak sekolah. Terkecuali mereka memang guru untuk level pendidikan yang sama. Tapi rasanya kan tidak mungkin juga, karena pasti mereka pun punya jam mengajar yang terjadwal.
Jangankan guru pengganti, tenaga pengajar yang mengisi kekosongan pengajar yang seharusnya bukan dari bidang yang dipelajarinya, tentu bisa berdampak pada siswa. Siswa mungkin bisa saja memerhatikan, tapi peserta didik tidak memahami apa yang disampaikan. Apalagi jika yang mengajar itu bukan guru.
Pada dasarnya, jika pengajar tidak punya latar belakang bidang yang dipelajari namun tetap mengajar, tetap akan berdampak kurang baik pada perkembangan peserta didik.
Karena itu, apa yang terjadi di SD Pondok Cina 1, Depok, sangat ditunggu solusi terbaiknya. Agar jangan anak-anak didik yang dirugikan. Dan lihat betapa sedihnya, di saat Hari Guru, ternyata tak ada guru bersama mereka.