Senin 28 Nov 2022 05:19 WIB

Kemenkop Ajak Masyarakat Desa Kembangkan Produk Unggulan dan Wisata Alam

Masyarakat desa diminta mengorganisir potensi dan dikembangkan jadi produk unggulan

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Desa Wisata. Ilustrasi.  Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim mengajak jajaran pemerintah desa bersama masyarakatnya agar mengembangkan potensi produk unggulan wilayah. Termasuk desa wisata dan wisata alam.
Foto: Yukpiknik
Desa Wisata. Ilustrasi. Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim mengajak jajaran pemerintah desa bersama masyarakatnya agar mengembangkan potensi produk unggulan wilayah. Termasuk desa wisata dan wisata alam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim mengajak jajaran pemerintah desa bersama masyarakatnya agar mengembangkan potensi produk unggulan wilayah. Termasuk desa wisata dan wisata alam.

"Saya meyakini setiap desa memiliki potensi yang bisa dikembangkan," kata Arif saat berdiskusi dengan masyarakat Desa Wanatirta, di sela Forum Komunikasi Publik Sosalisasi Kluster Ekonomi Pedesaan, di Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (26/11). Menurutnya, masyarakat desa harus mampu mengorganisir potensi wilayah supaya bisa dikembangkan menjadi sebuah produk unggulan daerah. 

"Jangan sekadar memproduksi bahan mentah atau bahan baku saja. Melainkan harus yang sudah memiliki nilai tambah," ujar dia.

Ia mencontohkan sebuah desa yang ada di Cirebon, hanya dengan mengembangkan 3 produk saja, mampu menembus pasar hingga ke mancanegara. Pertama, petani ketan yang mampu mengolah hasilnya menjadi tapai ketan.

"Dengan kemasan yang baik, bisa menjadi oleh-oleh khas Cirebon. Omzet desa tersebut mencapai Rp 6 miliar dari tapai ketan," ujarnya.

Kedua, kata dia, para ibu di desa membuat anyaman yang biasa digunakan sebagai tempat parsel. Bahkan produk anyaman yang dihasilkan sudah menembus pasar Eropa, seperti Belanda.

"Ketiga, ternak jangkrik yang juga berpotensi untuk menghasilkan pendapatan. Jangkrik itu menu makanan utama yang dikonsumsi burung-burung berharga mahal," jelas Arif.

Ia juga mengajak masyarakat Desa Wanatirta untuk mengembangkan desa wisata. Di sektor itu, berkembang aneka bisnis pendukung seperti homestay, kuliner, oleh-oleh, kerajinan, dan sebagainya. 

"Potensi alam sangat bagus ini harus dijaga dan dirawat, jangan dirusak," kata dia. Menurut Arif, desa wisata ini merupakan sektor yang sangat prospektif untuk mendatangkan kesejahteraan kepada masyarakat  tanpa mengeksploitasi alam secara berlebihan. 

"Kami harap sektor ini dapat menyumbangkan kontribusi besar bagi perekonomian masyarakat sekitar," ujar Arif. Ia juga menyebutkan, ada program Perhutanan Sosial yang bisa dimanfaatkan masyarakat. 

Bisa untuk ditanami berbagai macam tanaman yang menjadi produk unggulan sebuah desa. "Petani bisa memanfaatkan lahan tersebut. Akan tetapi, jangan sendiri-sendiri, melainkan bergabung ke dalam sebuah wadah bernama koperasi," katanya.

Arif mendorong masyarakat Bumiayu mesti bisa memaksimalkan lahan-lahan tidur atau perhutanan sosial agar lahan-lahan yang dibagikan pada masyarakat bisa berkembang menjadi skala usaha dan produktif. Maka, Kemenkop akan menggandeng sejumlah start up sektor pertanian dan perikanan untuk bekerja sama dan melakukan pendampingan dalam pemanfaatan lahan perhutanan sosial. 

"Karena saya yakin, dengan adanya program perhutanan sosial, bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi di daerah," kata Arif. Menurut dia, mengembangkan destinasi wisata di Indonesia sekaligus menggerakkan perekonomian masyarakat dari aktivitas pariwisata yang ramah lingkungan harus menjadi prioritas seluruh pihak untuk dilaksanakan.

Hanya saja, Arif menegaskan PR besar ini tidak dapat dilakukan sendiri, butuh kolaborasi multipihak, "Kita harus terus memperkuat semangat kolaborasi dalam mengarusutamakan peran UMKM dalam perekonomian nasional," ujar Seskemenkop.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اِنَّمَا مَثَلُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَاۤءٍ اَنْزَلْنٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ فَاخْتَلَطَ بِهٖ نَبَاتُ الْاَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْاَنْعَامُ ۗحَتّٰٓى اِذَآ اَخَذَتِ الْاَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ اَهْلُهَآ اَنَّهُمْ قٰدِرُوْنَ عَلَيْهَآ اَتٰىهَآ اَمْرُنَا لَيْلًا اَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنٰهَا حَصِيْدًا كَاَنْ لَّمْ تَغْنَ بِالْاَمْسِۗ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir.

(QS. Yunus ayat 24)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement