REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Iklim Mesir yang panas dan kering bisa mencapai suhu 50 derajat Celcius. Kini dengan teknologi kuno lokal, seorang arsitektur perempuan berusaha membuat rumah tinggal yang hijau, efisien energi dan tidak mahal.
Arsitek Sarah El-Battouty mengungkap sebuah masalah yang mencolok di Mesir, yaitu suhu ekstrem. Suhu ekstrem begitu mengancam kehidupan.
"Mengapa tidak ada gedung-gedung hijau di Mesir? Kalau ada, mengapa sangat sedikit?"
Dia percaya kalau mau mendalami pengetahuan asli Mesir, semua akan dapat memetik keuntungan dari teknologi yang keberadaannya tidak diketahui sama sekali.
Arsitek asal Kairo Sarah El Battouty, ingin menemukan dan menerapkan pengetahuan serta kearifan lokal ini dalam arsitektur modern. Timnya mendesain bangunan yang punya dampak lingkungan dan sosial.
Sangat panas
Suhu di musim panas di Mesir bisa naik hingga 50 derajat Celsius. Lautan bangunan beton di Kairo ikut memicu panas yang membekap. Warga kota yang berduit dan bisa membayar, tergantung pada AC untuk menyejukkan ruangan.
"Sekitar 30 persen pendapatan rumah tangga digunakan untuk menyejukkan ruangan," ungkap El-Battaouty.
"Jadi mengapa kita tidak membuat bangunan yang menyediakan kesejukan sejak awal, dan tidak sekedar menggunakan solusi konvensional?"