REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bahasa Arab memiliki tata bahasa yang terkadang membingungkan para pemula saat mempelajarinya. Karena ragamnya jenis tata bahasa itulah perlu pembelajaran ekstra agar dapat memahami teks-teks berbahasa Arab.
Namun, secara umum, ada kesamaan antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia dalam hal kedudukan kata pada kalimat. Dalam tata bahasa Arab terdapat istilah-istilah kedudukan kata dalam suatu kalimat. Di antaranya fi’il (predikat), fa’il (subjek), dan maf’ul (objek). Namun yang akan dijelaskan dalam artikel ini adalah maf'ul bih.
Maf'ul bih dalam dalam bahasa Indonesia dapat dikatakan sebagai objek. Karena fungsi dari keduanya, baik objek dan maf'ul bih, adalah "yang dikenai predikat" atau "yang menjadi sasaran predikat".
Kaidah dasar maf’ul bih adalah:
المفعول به اسم منصوب وقع عليه فعل الفاعل
Maf’ul bih adalah isim mansub yang terletak setelah fiil dan fail (fiil, fail, dan maful), dan tidak mengubah baris (harakat) akhir fiil. Tetapi perlu ditegaskan juga bahwa maf’ul bih merupakan isim manshub (objek dalam bahasa Indonesia) yang terletak setelah fi’il yang ma'lum.
Adapun contohnya sebagai berikut:
دخل حميدٌ الفصلَ = Hamid sudah masuk kelas
يُألِّف فلانٌ كتابًا = Fulan sedang mengarang sebuah buku
قتلت زينب الرفيقين = Zainab telah membunuh dua temannya.
Kata terakhir pada kalimat di atas adalah maful bih, karena terletak sesudah fi’il dan fa’il, serta mengandung unsur sasaran dari predikat. Maf’ul bih muncul karena adanya fi’il muta’addi (fi'il membutuhkan objek).
Maf'ul bih bisa tidak digunakan asalkan menggunakan fi'il lazim (fi’il yang tidak membutuhkan objek). Misalnya:
هو ينظم و أنتم لا تنظموا : Dia punya kuasa untuk mengatur dan kalian tidak memilikinya. Kata 'Yandzimu' pada kalimat tersebut merupakan fi'il lazim yang tidak membutuhkan objek.
Secara singkat, maf'ul bih terdiri dari beberapa jenis berdasarkan struktur bahasa Arab. Di antaranya ialah zhahir sharih mu’rob, zhahir sharih mabni, dhamir sharih munfasil, dhamir sharih muttasil, masdar mu’awwal bis sharih.