Selasa 29 Nov 2022 00:00 WIB

BNPB Imbau Warga yang Rumahnya tak Rusak Berat Kembali ke Rumah

Potensi gempa susulan sudah mulai berkurang.

Foto yang terpajang pada tembok yang retak di Kampung Kadudampit, Rancagoong, Cianjur, Jawa Barat (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Foto yang terpajang pada tembok yang retak di Kampung Kadudampit, Rancagoong, Cianjur, Jawa Barat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau warga yang rumahnya tidak dalam kondisi rusak berat setelah gempa di Cianjur, Jawa Barat, untuk kembali ke rumah. Karena potensi gempa susulan sudah mulai berkurang.

"Kalau misal rumahnya tidak mengalami kondisi seperti tiga yang saya sebutkan, ini bisa kembali lagi untuk melihat rumahnya," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefieng secara daring diikuti di Jakarta, Senin (28/11/2022).

Baca Juga

Dalam pemantauan BNPB selama di lapangan beberapa waktu belakangan, Abdul mengatakan pemerintah sudah mulai dapat memilah pengungsi berdasarkan kerusakan rumahnya. Memang benar, jika sejumlah rumah mengalami rusak berat.

Kerusakan kategori berat dapat dilihat dari kondisi rumah dengan tiang yang patah, dinding terbuka atau kuda-kuda atap yang bergeser sehingga dikhawatirkan akan ambruk atau runtuh bila terjadi goncangan.

Sayangnya, situasi saat ini lebih banyak warga dengan kondisi rumah rusak ringan atau mengalami retak di bagian luar dan masih kuat secara struktur justru tidak berani kembali ke dalam rumah dengan alasan masih takut dan tidak percaya diri.

"Misalkan malam masih kurang percaya diri okelah masih bisa di luar. Tapi kalau siang hari aktivitas memasak atau lain-lain ini sudah bisa dijalankan di rumah masing-masing," katanya.

Abdul melanjutkan aktivitas ekonomi di lapangan nampak mulai bisa dilakukan kembali karena di sepanjang jalan baik toko, warung ataupun pasar-pasar sudah buka kembali. Artinya, pemenuhan kebutuhan logistik sudah mulai bisa berjalan kembali.

Jika kekurangan kebutuhan logistik terkait terpal, alas tenda atau selimut, Abdul mengakui masih ada yang mengadukannya dan akan terus diberikan oleh pemerintah. Namun terkait dengan makanan, dirinya merasa sudah dapat menjangkau semua pengungsi.

"Kalau logistik per makanan saya rasa itu sudah tidak ada yang tidak terjangkau. Kurang mungkin, tapi tidak ada yang bisa lengkap se-dalam kondisi normal, kurang mungkin tapi kalau tidak terjangkau saya yakin sudah tidak ada," ujarnya.

Abdul menyatakan tidak mungkin pemerintah dapat membiarkan pengungsi dengan rumah tidak rusak berat bertahan lama di pengungsian. Karena kehidupan harus pulih dan aktivitas ekonomi harus berjalan.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga menyebutkan bahwa potensi gempa susulan mulai berkurang sehingga diharapkan masyarakat mau bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang kondusif. Agar setiap penanggulangan bencana atau informasi yang ada dapat disalurkan dengan baik.

Hal tersebut bertujuan agar memberikan perasaan aman pada masyarakat, serta bisa memulai aktivitas ekonomi yang pulih dari trauma sosial. "Kalau kita mulai sibuk kembali maka trauma kita atau aspek psikologis bisa hilang. Ini mungkin imbauan yang bisa kami dari BNPB dan posko utama tanggap darurat berikan," ucapnya.

 

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement