Selasa 29 Nov 2022 14:14 WIB

Ragam Qiraat dan Perkembangannya

Dari segi jumlah, ada tiga macam qiraat yang terkenal.

Ribuan Santri dari seluruh pesantren di nusantara mengikuti lomba membaca kitab atau Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Tingkat Nasional tahun 2017 di Jepara, Jawa Tengah, Jumat (1/12).
Foto: Muhyiddin
Ribuan Santri dari seluruh pesantren di nusantara mengikuti lomba membaca kitab atau Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Tingkat Nasional tahun 2017 di Jepara, Jawa Tengah, Jumat (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID,  Istilah qiraat yang biasa digunakan adalah cara pengucapan tiap kata dari ayat-ayat Alquran melalui jalur penuturan tertentu. Jalur penuturan itu, meskipun berbeda-beda karena mengikuti aliran (mazhab) para imam qiraat, semuanya mengacu kepada bacaan yang disandarkan Rasulullah SAW.

Perbedaan

Baca Juga

Perbedaan qiraat berkisar pada lajnah (dialek), tafkhim (pensyahduan bacaan), tarqiq (pelembutan), imla (pengejaan), madd (panjang nada), qasr (pendek nada), tasydid (penebalan nada), dan takhfif (penipisan nada).

Menurut berbagai literatur sejarah, perbedaan dalam melafalkan ayat-ayat Alquran ini mulai terjadi pada masa Khalifah Usman bin Affan.

Kitab qiraat

Begitu banyaknya jenis qiraat, sehingga seorang imam, Abu Ubaid al-Qasim ibn Salam, tergerak untuk menjadi orang pertama yang mengumpulkan berbagai qiraat dan menyusunnya dalam satu kitab. Menyusul kemudian, ulama lainnya menyusun berbagai kitab qiraat dengan masing-masing metode penulisan dan kategorisasinya. Demi kemudahan mengenali qiraat yang banyak itu, pengelompokan dan pembagian jenisnya adalah cara yang sering digunakan.

Tiga Macam

Dari segi jumlah, ada tiga macam qiraat yang terkenal, yaitu qiraat sab'ah, 'asyrah, dan syadzah. Sedangkan, Ibn al-Jazari membaginya dari segi kaidah hadis dan kekuatan sanadnya. Akan tetapi, kedua pembagian ini saling terkait satu dengan lainnya. Jenis qiraat yang muncul pertama kali adalah qiraat sab'ah. Qiraat ini telah akrab di dunia akademis sejak abad kedua Hijriyah. Tapi, pada masa itu qiraat sab'ah ini belum dikenal secara luas di kalangan umat Islam.

Ragam irama

Di berbagai wilayah negeri Islam, berkembang aneka ragam seni membaca Alquran. Dalam pelajaran nazam, dikenal berbagai jenis seni membaca Alquran, seperti Nahawan, Bayati, Hijaz, Shaba, Ras, Jiharkah, Syika, dan lainnya. Semua jenis lagu atau irama itu tidak ada kaitannya dengan ilmu qiraat sab'ah. Semata-mata, hanya seni membaca secara tartil (indah) dan tak ada kaitannya dengan bagaimana melafalkan ayat Alquran.

Abad 20

Seni baca Alquran menampakkan geliatnya pada awal abad ke-20 M yang berpusat di Makkah dan Madinah serta di Indonesia sebagai negeri berpenduduk mayoritas Muslim yang sangat aktif mentransfer ilmu-ilmu agama (termasuk nazam) sejak awal abad ke-19 M.

Hingga hari ini, Makkah dan Mesir merupakan kiblat nazam dunia. Masing-masing kiblat nazam memiliki karakteristik sendiri. Dalam Makkawi, dikenal lagu Banjakah, Hijaz, Mayya, Rakby, Jaharkah, Syikah, dan Dukkah. Sementara, di Misri terdapat Bayyati, Hijaz, Shoba, Ras, Jiharkah, Sikah, dan Nahawan.

Masuk Indonesia

Pada abad ke-20, kedua model lagu tersebut masuk ke Indonesia. Transmisi lagu-lagu tersebut dilakukan ulama-ulama yang mengkaji ilmu-ilmu agama di sana yang pulang ke Tanah Air untuk mengembangkan ilmunya, termasuk seni baca Alquran.

sumber : Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement