Rabu 30 Nov 2022 01:10 WIB

China Dorong Percepatan Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia

Tingkat vaksinasi terutama di antara populasi yang lebih tua di China masih rendah

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Masyarakat mengantre untuk mendapatkan suntikan booster vaksin Covid-19 di tempat vaksinasi sementara di Beijing, China. Ilustrasi.
Foto: EPA
Masyarakat mengantre untuk mendapatkan suntikan booster vaksin Covid-19 di tempat vaksinasi sementara di Beijing, China. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Cina pada Selasa (29/11/2022) akan mempercepat dorongan untuk memvaksinasi warga lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas terhadap Covid-19. Hal ini dilakukan setelah negara itu mencatat rekor jumlah kasus harian dalam beberapa hari terakhir.

Komisi Kesehatan Nasional Beijing (NHC) berjanji untuk mempercepat peningkatan tingkat vaksinasi untuk orang berusia di atas 80 tahun. Pihaknya juga terus meningkatkan tingkat vaksinasi untuk orang berusia 60-79 tahun.

Baca Juga

NHC mengatakan akan membentuk kelompok kerja khusus untuk membuat pengaturan khusus untuk vaksinasi lansia terhadap Covid-19. "Perlu untuk melakukan pendidikan sains populer tentang arti dan manfaat vaksinasi, dan mempublikasikan sepenuhnya kemanjuran vaksin dalam mencegah penyakit parah dan kematian," kata NHC dikutip laman Channel News Asia, Selasa.

Tingkat vaksinasi yang rendah di China, terutama di antara populasi yang lebih tua, telah lama dianggap memperpanjang pendekatan tanpa toleransi Beijing terhadap Covid-19. Pejabat NHC mengatakan hanya 65,8 persen orang berusia di atas 80 tahun yang divaksinasi penuh.

Sedangkan China juga belum menyetujui vaksin mRNA, yang terbukti lebih efektif, untuk penggunaan publik. Banyak warga yang khawatir bahwa pencabutan kebijakan nol Covid dapat mempengaruhi penduduk lansianya. Sebab sebagian besar penduduk banyak yang tidak diimunisasi sepenuhnya sehingga menimbulkan kekhawatiran dapat membebani sistem perawatan kesehatan China dan menyebabkan lebih dari satu juta kematian.

Kendati begitu kebijakan nol-Covid telah memicu keresahan besar-besaran. Aksi protes pada akhir pekan meluas untuk menuntut diakhirinya kebijakan nol-Covid tersebut. Pemerintah Xi Jinping menanggapi beban kasus kecil dengan penguncian yang keras dan perintah karantina.

Kebakaran mematikan pekan lalu di Urumqi, ibu kota wilayah Xinjiang, China barat laut, menjadi pemicu gelombang kemarahan. Pada pengunjuk rasa menyalahkan pembatasan Covid-19 karena menghambat upaya penyelamatan, meski pemerintah membantahnya.

China mencatat 38.421 infeksi domestik pada Selasa. Angka ini mengalami sedikit penurunan dari rekor tertinggi yang tercatat selama akhir pekan dan relatif rendah jika dibandingkan dengan beban kasus yang terlihat di negara-negara barat selama puncak pandemi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement