REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Polisi di China memeriksa ponsel warga untuk mengecek keberadaan aplikasi luar, termasuk Instagram, Twitter, dan Telegram. Polisi menghentikan orang di pusat transportasi di Shanghai, Beijing, dan Hangzhou.
Diketahui warga China mengakses platform terlarang tersebut melalui jaringan pribadi virtual (VPN) untuk berkomunikasi dan mengorganisir protes terhadap kebijakan nol-covid China. Unggahan tentang protes tersebut disensor dengan ketat di media sosial China. Bahkan, banjir spam yang diduga diposting oleh akun yang memiliki hubungan dengan pemerintah China, dilaporkan mengubur laporan yang sah tentang protes tersebut di Twitter.
Koresponden DW News, William Yang, mengatakan, di ibu kota China, pihak berwenang menuliskan informasi pribadi siapa pun yang mereka tangkap dan memberi mereka peringatan. “Jika mereka menghadapi perlawanan, polisi akan mengatakan bahwa mereka dapat melaporkan orang tersebut,” kata Yang, dilansir The Verge, Selasa (29/11/2022).
Pemeriksaan ini dapat terjadi di mana saja, seperti di jalan dan di pintu masuk mal. Polisi China juga mengancam akan menangkap orang-orang yang tidak menghapus foto-foto protes tersebut.
Protes meletus di seluruh China dan Hong Kong setelah kebakaran di sebuah gedung apartemen di provinsi Xinjiang China yang menewaskan 10 orang pada Jumat. Saat berita kebakaran tersebar, orang-orang mulai mempertanyakan apakah pembatasan covid di China menghambat upaya tanggap darurat atau mencegah penyewa bangunan untuk mengungsi.
Api membutuhkan waktu tiga jam untuk dipadamkan dan seorang penduduk mengatakan pihak berwenang mengendalikan kapan mereka diizinkan meninggalkan rumah. Pekan lalu, demonstrasi kekerasan di “iPhone City” Foxconn pecah setelah para pekerja yang telah berada di bawah penguncian covid yang ketat selama beberapa pekan, mengetahui bahwa pembayaran bonus mereka akan ditunda.