Rabu 30 Nov 2022 03:45 WIB

Perubahan Iklim Sebabkan Tujuh Juta Orang Bangladesh Mengungsi Sepanjang 2022

Bangladesh menjadi negara ketujuh paling berisiko dalam indeks risiko iklim global

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Christiyaningsih
Orang-orang duduk di atas becak di jalan banjir di Dhaka, Bangladesh, 21 Juli 2020.  Bangladesh menjadi negara ketujuh paling berisiko dalam indeks risiko iklim global.
Foto: EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Orang-orang duduk di atas becak di jalan banjir di Dhaka, Bangladesh, 21 Juli 2020. Bangladesh menjadi negara ketujuh paling berisiko dalam indeks risiko iklim global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut jutaan orang di Bangladesh telah kehilangan rumah dan mata pencahariannya sepanjang tahun ini. Hal itu terjadi karena dampak perubahan iklim berujung migrasi internal besar-besaran.

Mengutip data WHO, sekitar 7,1 juta warga Bangladesh mengungsi akibat perubahan iklim. Jumlah itu dikhawatirkan meningkat menjadi 13,3 juta orang pada 2050.

Baca Juga

WHO memprediksi sekitar 17 persen daratan pesisir negara itu bisa membuat 20 juta warga mengungsi pada 2050. Kekhawatiran itu belum selesai. Kementerian Luar Negeri Bangladesh juga menyebut telah dirugikan dengan perubahan iklim terhadap pengurangan satu persen PDB setiap tahunnya.

Bernama yang mengutip Anadolu Agency pada Selasa (29/11/2022) melaporkan Bangladesh menjadi negara ketujuh yang paling berisiko dalam indeks risiko iklim global 2020. Menanggapi hal tersebut, WHO berjanji mendukung negara dan wilayah dalam kompetensi serta kapasitas profesional untuk menangani kesehatan pengungsi.

“Wilayah pesisir Bangladesh dilanda salinitas dan siklon yang meningkat, sementara sanitasi buruk juga menyebabkan penderitaan lebih banyak di sana,” kata profesor iklim di Jahangirnagar University, Shafi Mohammad Tareq.

Tak hanya itu, di bagian barat dan utara Bangladesh warga mengalami krisis air bersih lantaran adanya cemaran arsenik dan besi pada air tanah. Menurut Tareq, banyak orang yang tinggal di sepanjang sungai Bangladesh kehilangan kesempatan hidup berkualitas.

Berdasarkan Pusat Riset Sungai dan Delta Bangladesh, terdapat total 1.274 sungai di Bangladesh pada 1971 saat negara itu merdeka. Namun kini sudah ada 507 sungai yang menghilang.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement