REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Reserse Kriminal Umum menduga salah satu korban sekeluarga tewas mengering di Kalideres, Jakarta Barat, melakukan aktivitas ritual tertentu. Salah satu korban Budiyanto Gunawan diduga menjalani aktivitas ritual untuk membuat kehidupannya jadi lebih baik.
"Hal ini mengakibatkan adanya suatu belief dalam keluarga tersebut bahwa upaya untuk membuat kondisi lebih baik," jelas Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Hengki Haryadi kepada awak media, Selasa (29/11).
Menurut Hengki, Budiyanto juga percaya kalau ritual tertentu yang dijalankannya ini juga bisa membantu mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarganya. Karena itu, korban Budiyanto menjalankan ritual tertentu.
Namun, Hengki tidak membeberkan ritual apa yang dijalani oleh korban dengan ketiga saudaranya sampai meninggal dalam keadaan mengering. "(Ritual untuk) mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarga, dilakukan melalui ritual tertentu," ungkap Hengki.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya juga mengungkap ada kejanggalan dari salah satu korban sekeluarga yang tewas di sebuah rumah di Kompleks Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta Barat, pada Kamis (10/11). Korban atas nama Budiyanto Gunawan diduga menganut aliran tertentu.
"Bahwa ada kecenderungan salah satu keluarga yang dominan, yang mengarah kepada almarhum Budiyanto, bahwa yang bersangkutan memiliki sikap positif terhadap aktivitas ritual tertentu," kata Hengki
Namun demikian, Hengki tidak membeberkan aliran apa yang dianut korban Budiyanto. Diketahui Budiyanto sendiri merupakan ipar dari Rudyanto. Kejanggalan ini diketahui dari pemeriksaan psikologi forensik. Lalu fakta ini juga dikuatkan dengan temuan di lokasi.
"Hasil penyelidikan sementara dengan melibatkan tim asosiasi psikologi forensik menemukan bahwa ada keindetikan penyelidikan berdasarkan keterangan saksi dan bukti-bukti yang ada di lokasi kejadian," ungkap Hengki.
Lanjut Hengki, saat ini proses otopsi untuk menentukan penyebab kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, masih berjalan. Dalam proses ini, pihaknya melibatkan sejumlah ahli yang berkompeten.
"Mengenai sebab sebab kematian, kami sedang menanti hasil dari pemeriksaan patologi anatomi yang saat ini sedang di dalami para ahli kedokteran forensik gabungan dari kedokteran forensik Polri maupun RSCM dan Universitas Indonesia," kata Hengki.
Selain proses otopsi, kata Hengki, tim psikolog forensik juga masih menggelar proses investigasi psikologi forensik untuk mendalami kondisi psikologis para korban sebelum meninggal. Namun demikian, proses penyelidikan akan selaku mengacu pada sains dan fakta yang ditemukan oleh penyidik.
"Tim asosiasi psikologi forensik masih terus mendalami motif psikologis kematian melalui otopsi psikologis. Scientific crime investigation selalu menjadi acuan atau metode pembuktian utama," jelas Hengki.