Rabu 30 Nov 2022 14:47 WIB

PBB Khawatir Konflik Palestina-Israel Menuju Titik Didih

Kekerasan di wilayah Palestina melonjak.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Polisi Israel mencoba membubarkan warga Palestina di Kota Tua Yerusalem, Ahad, 17 April 2022. PBB Khawatir Konflik Palestina-Israel Menuju Titik Didih
Foto: AP Photo/Mahmoud Illean
Polisi Israel mencoba membubarkan warga Palestina di Kota Tua Yerusalem, Ahad, 17 April 2022. PBB Khawatir Konflik Palestina-Israel Menuju Titik Didih

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) khawatir konflik Israel-Palestina yang sudah lama membara akan menuju titik mendidih, di tengah meningkatnya kekerasan di Israel dan Tepi Barat yang diduduki. Pernyataan ini disampaikan oleh koordinator khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland.

 

Baca Juga

Menurut Wennesland yang mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB pada Senin (28/11/2022), tingkat kekerasan yang tinggi di Tepi Barat yang diduduki dan Israel dalam beberapa bulan terakhir termasuk serangan terhadap warga sipil Israel dan Palestina, peningkatan penggunaan senjata, dan kekerasan terkait pemukim telah menyebabkan penderitaan manusia yang parah.

 

Komentar Wennesland muncul beberapa hari setelah dua bom meledak di halte bus di Yerusalem dan menewaskan seorang remaja laki-laki dan melukai sedikitnya 18 orang. Polisi Israel percaya pengeboman itu adalah serangan teror gabungan.

Pekan lalu, di kota Nablus, Tepi Barat, tentara Israel membunuh seorang anak laki-laki berusia 16 tahun, menjadikan jumlah korban tewas bagi warga Palestina menjadi lebih dari 130, tahun paling mematikan di sana sejak 2004. Sedangkan dari Israel, 28 warganya yang tewas tahun ini.

 

Wennesland mengutuk kekerasan di kedua sisi, seperti yang dilakukan duta besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield. “Di tengah ketegangan yang meningkat ini, semakin kritis bahwa orang Israel dan Palestina menahan diri dari tindakan sepihak termasuk aktivitas pemukiman, penggusuran dan penghancuran rumah warga Palestina, hasutan untuk melakukan kekerasan seperti pembayaran kepada keluarga teroris, dan gangguan terhadap status sejarah. quo situs suci,” kata Thomas-Greenfield, dilansir dari The National News, Selasa (29/11/2022).

 

Wennesland menyerukan langkah-langkah mendesak yang harus diambil untuk membawa kedua negara lebih dekat ke solusi dua negara. Yang utama kata dia, adalah menghentikan kekerasan di antara kedua belah pihak. 

 

“Lonjakan kekerasan di wilayah Palestina yang diduduki ini terjadi dalam konteks proses perdamaian yang macet dan pendudukan yang mengakar,” kata Wennesland.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement