Rabu 30 Nov 2022 18:12 WIB

Eks Karyawan Beberkan Twitter Kurang Aman di Bawah Pimpinan Elon Musk

Yoel Roth berhenti bekerja dua pekan setelah Musk mengambil alih.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Twitter
Twitter

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan kepala kepercayaan dan keamanan Twitter Yoel Roth mengatakan pada Selasa (29/11/2022) bahwa platform Twitter tidak lebih aman di bawah pimpinan Elon Musk. Diketahui, Roth berhenti bekerja dua pekan setelah Musk mengambil alih. Roth tidak yakin masih ada cukup karyawan yang tersisa di perusahaan untuk memoderasi platform secara efektif.

“Anda tidak bisa berpuas diri dalam hal itu. Anda tidak dapat mengotomatiskannya. Tidak ada atur dan lupakan dalam hal kepercayaan dan keamanan,” kata Roth, dikutip Neowin, Rabu (30/11/2022).

Baca Juga

Pernyataan terbaru Roth merupakan kebalikan dari pernyataannya sebelumnya. Sebelumnya, dia mengatakan Twitter lebih aman di bawah Musk. Roth mengatakan penanganan kampanye trolling yang efektif oleh timnya awal bulan ini sebagian menjadi alasan optimismenya terkait keamanan platform.

Namun, dia akhirnya memutuskan untuk keluar dari perusahaan karena gangguan dalam legitimasi prosedural. Meskipun Musk menyatakan minatnya untuk membentuk dewan moderasi sebelum membuat kebijakan besar, Roth menilai Musk menunjukkan dia lebih suka membuat keputusan sendiri.

Selain itu, Roth juga mengkritik soal peluncuran Twitter Blue yang terus tertunda. Timnya telah memperingatkan Musk bahwa penipu akan mengeksploitasi layanan verifikasi berbayar. Namun, Musk mengabaikan kekhawatiran mereka.

“Itu benar-benar keluar jalur seperti yang kami perkirakan dan tidak ada perlindungan yang diperlukan untuk mengatasinya di awal," ujarnya.

Ketika Musk mengambil alih, dia memungkinkan setiap pengguna Twitter untuk membeli tanda centang terverifikasi seharga 8 dolar AS per bulan. Namun, Twitter menghentikan layanan verifikasi setelah orang mengeksploitasi tanda centang terverifikasi mereka untuk menyamar sebagai perusahaan dan politisi serta memposting konten yang tidak pantas.

Roth mendesak pengguna untuk memantau apakah fitur keamanan penting seperti memblokir, membisukan, dan tweet yang dilindungi akan terus berfungsi sebagaimana mestinya. "Jika tweet yang dilindungi berhenti berfungsi, itu menjadi tanda ada sesuatu yang sangat salah,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement