Kamis 01 Dec 2022 06:49 WIB

Menko PMK Ingatkan Gizi Seimbang untuk Cegah Balita Stunting

Prevalensi stunting di Indonesia berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy.
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengingatkan, pemenuhan gizi seimbang sangat penting sebagai salah satu upaya mencegah kekerdilan (stunting). "Pemenuhan gizi bagi ibu hamil dan balita sangat penting untuk mencegah terjadinya stunting," kata Muhadjir di Jakarta, Rabu (30/11/2022).

Muhadjir memastikan, pemerintah terus melakukan intervensi secara komprehensif guna mencegah stunting. "Misalnya melalui program pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri dan program tambahan asupan gizi untuk ibu hamil," katanya.

Menurut Muhadjir, pemberian tablet tambah darah sangat penting untuk mencegah anemia dan meningkatkan kesehatan remaja putri yang akan menjadi calon ibu. "Tablet darah bertujuan untuk mencegah anemia pada remaja putri sehingga diharapkan saat nantinya para remaja putri ini menikah dan hamil maka kondisi kesehatannya akan baik dan akan melahirkan bayi yang juga sehat," katanya.

Muhadjir juga berharap pemerintah daerah terus memperkuat edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya pemenuhan gizi seimbang bagi ibu hamil dan balita serta pentingnya pencegahan anemia pada remaja putri.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK, Agus Suprapto menambahkan, pemerintah melalui posyandu dan puskesmas terus memastikan terpenuhinya asupan gizi untuk ibu hamil agar tidak terjadi kekurangan gizi kronik. Agus mengatakan, upaya tersebut dilakukan untuk mencapai target penurunan stunting pada 2024.

"Pemerintah juga terus berupaya melengkapi puskesmas dengan USG untuk mempertajam identifikasi ibu hamil, sementara pascakelahiran juga dilakukan program untuk mendukung pemenuhan konsumsi protein hewani bagi balita," katanya.

Agus menambahkan, berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita. "Seperti diketahui bahwa prevalensi stunting harus turun sebesar tiga persen per tahun hingga menjadi 14 persen pada 2024. Sementara prevalensi stunting saat ini sebesar 24,4 persen," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement