REPUBLIKA.CO.ID, NICE -- Pemilik senjata di Prancis menyerahkan senjata api ke pos-pos yang disediakan polisi untuk mengumpulkan senjata-senjata itu di seluruh negeri. Langkah ini bagian dari kampanye mengumpulkan senjata tanpa izin.
Sebagian besar senjata api tanpa izin di Prancis merupakan warisan yang diletakan di gudang atau peninggalan yang telah dilupakan. Kepemilikan senjata api di Prancis tidak sepopuler di Amerika Serikat (AS).
Kejahatan yang melibatkan senjata api juga relatif jarang, tapi Prancis berniat untuk membatasi kepemilikan senjata api ilegal. Pihak berwenang memperkirakan saat ini masih sekitar 6 juta senjata api yang beredar di masyarakat.
"Ini punya ayah saya dan saya tidak tahu apa yang harus dilakukan dengannya, saya tidak begitu menyukai senjata, dan karena tidak ada cara yang bersih untuk menyingkirkannya, ada momen anda bisa menyingkirkannya sebagai suvernir," kata Lionel di sebuah pos pengumpul senjata ilegal di Nice, Rabu (30/11/2022).
Sejak Kementerian Dalam Negeri menggelar kampanye ini pada 25 November lalu masyarakat menyerahkan senapan laras panjang, pistol, peluru dan bahkan pisau dan granat di 300 pos yang di seluruh Prancis.
Masyarakat yang membawa senjata tidak mendapat hukuman. Mereka bisa mendaftarkannya atau meninggalkannya ke polisi. Pada Rabu kemarin sudah 65 ribu senjata api yang diserahkan bersama 1,6 juta peluru dan proyektil lainnya.
"Kampanye ini untuk membantu masyarakat Prancis menyerahkan objek-objek yang agak merepotkan bagi kebanyakan orang," kata Komandan Polisi Florence Gavello di pos penerimaan senjata api di Nice.
"Ketika kami berbicara dengan mereka, mereka cukup senang menyingkirkannya," tambah Gavello.
Program ini akan berakhir pada Jumat (2/12/2022) setelah itu semua senjata yang dikumpulkan diserahkan ke museum atau dihancurkan.