REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil dari studi uji coba menunjukkan obat eksperimental untuk Alzheimer bisa memperlambat hilangnya memori. Menurut seorang profesor, hal ini menandai era baru dalam mengatasi penyakit tersebut.
Temuan ini telah membuktikan teori selama 30 tahun bahwa protein tertentu, yakni amiloid, di otak ikut bertanggung jawab atas Alzheimer tersebut. Keberadaan obat tersebut diharapkan akan membuka jalan bagi perawatan Alzheimer yang mengubah hidup di masa depan.
"Saya percaya ini menegaskan era baru modifikasi penyakit untuk penyakit Alzheimer," ujar Direktur Dementia Research Centre, Profesor Nick Fox, seperti dilansir laman Express, Kamis (1/12/2022).
Menurut Prof Fox, ini sebuah era yang datang setelah lebih dari 20 tahun kerja keras pada imunoterapi anti-amiloid dan banyak kekecewaan di sepanjang jalan. Profesor itu tidak sendiri. Para ahli di seluruh dewan memuji awal dari akhir dalam pencarian untuk mencegah Alzheimer, setelah publikasi hasil tentang obat lecanemab.
Lecanemab dirancang untuk menargetkan dan membersihkan amiloid, salah satu protein yang menumpuk di otak penderita Alzheimer. Obat ini ditemukan memperlambat penurunan memori dan pemikiran penderita. Hasil awal uji klinis fase tiga dilaporkan oleh Eisai, sebuah perusahaan farmasi yang berbasis di Tokyo yang telah bermitra dengan perusahaan bioteknologi AS, Biogen, untuk mengembangkan lecanemab.
Pada 30 November 2022, Eisai membagikan hasil lengkapnya di Clinical Trials on Alzheimer's Disease Conference di San Francisco, AS. Hasil uji coba juga telah dimuat di The New England Journal of Medicine.
Peserta penelitian berusia antara 50 hingga 90 tahun. Mereka diberi infus dua mingguan lecanemab atau plasebo.
Hasilnya menunjukkan obat tersebut mampu memperlambat laju penurunan daya ingat dan berpikir serta fungsi seseorang selama 18 bulan. Obat tersebut juga membantu orang dalam aktivitas sehari-hari.
Percobaan, yang dikenal sebagai Clarity AD, melibatkan 1.795 orang dengan tahap awal Alzheimer dan gangguan kognitif ringan (MCI) karena Alzheimer. Mereka menerima infus dua mingguan, baik lecanemab atau obat dummy (plasebo). Para ilmuwan menemukan bahwa setelah 18 bulan, obat tersebut memperlambat perkembangan penyakit sebesar 27 persen dibandingkan dengan pasien yang memakai plasebo.